OEGANISASI-Organisasi Media menuntut penjelasan atas serangan udara Israel yang menargetkan Gaza dan menghancurkan kantor berita di gedung 12 lantai, seperti Associated Press, dan Al-Jazeera. Serangan itu disebut sebagai hal yang tidak dapat diterima dan merupakan bentuk pelanggaran HAM.
Seperti dilansir dari kantor berita Associated Press, Minggu (16/5) diketahui para jurnalis dan penyewa menara Al-Jalaa berhasil dievakuasi dengan aman setelah militer Israel memperingatkan serangan akan terjadi.
Sebanyak tiga rudal menghantam gedung dalam waktu satu jam, mengganggu liputan konflik yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel.
Pejabat Direktur Jenderal Al-Jazeera Media Network, Mostefa Souag, menyebut serangan itu sebagai “kejahatan perang” dan “tindakan yang jelas” untuk menghentikan jurnalis melaporkan konflik tersebut.
“Penargetan kantor berita sama sekali tidak dapat diterima, bahkan selama konflik bersenjata. Ini merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia dan norma-norma yang disepakati secara internasional,” kata Direktur Eksekutif Institut Pers Internasional, Barbara Trionfi.
Presiden dan CEO AP, Gary Pruitt mengatakan pihaknya sedang mencari informasi dari pemerintah Israel dan terlibat dengan Departemen Luar Negeri AS untuk mempelajari lebih lanjut alasan dibalik penyerangan kantor media di Gaza.
Saat memberikan tanggapan, militer Israel berdalih kelompok Hamas berada di dalam gedung yang menjadi target serangan itu. Israel juga dan menuduh kelompok militan tersebut menggunakan jurnalis sebagai tameng namun tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut.
Juru bicara militer Israel, Letkol Jonathan Conricus, mengklaim bahwa Hamas menggunakan gedung itu untuk kantor intelijen militer dan pengembangan senjata. Dia menuduh di dalamnya terdapat teknologi yang sangat canggih yang digunakan kelompok militan untuk melancarkan serangan.
Merespon klaim itu, Pruitt menyebut selama 15 tahun kantor AP berdiri di menara Gaza, pihaknya menyebut tidak ada indikasi Hamas berada di dalam gedung tersebut.
“Kami telah meminta pemerintah Israel untuk mengajukan bukti atas klaimnya,” katanya.
Beberapa pendukung kebebasan pers mengatakan serangan itu menimbulkan kecurigaan bahwa Israel berusaha menghalangi liputan konflik yang terjadi. Komite Perlindungan Jurnalis yang berbasis di New York juga menuntut Israel memberikan konfirmasi yang mendetail dan terdokumentasi atas serangan itu.
“Serangan terbaru terhadap sebuah gedung yang telah lama dikenal oleh Israel sebagai kantor media internasional ini menimbulkan ketakutan bahwa Pasukan Pertahanan Israel sengaja menargetkan fasilitas media untuk mengganggu liputan tentang penderitaan manusia di Gaza,” kata Direktur Eksekutif Kelompok itu, Joel Simon, dalam sebuah pernyataan.
National Press Club yang berbasis di Washington juga menyebut serangan itu “bagian dari pola minggu ini dari pasukan Israel yang menghancurkan gedung-gedung di Gaza yang menampung organisasi media” dan juga mempertanyakan apakah serangan itu bertujuan untuk “merusak liputan konflik yang independen dan akurat”.
“Kami menyerukan kepada pihak berwenang Israel untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas yang diketahui oleh pers,” kata National Press Club. “Organisasi media yang andal adalah sumber terbaik untuk informasi akurat tentang peristiwa di Gaza, dan mereka tidak boleh dicegah untuk melakukan pekerjaan penting mereka.”
Pemerhati terkait militer Israel mengatakan media dijadikan tipu muslihat untuk menjebak militan Hamas, namun hal itu dibantah Conricus.
(*)
Sumber : detik.com