Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    BP Batam dan Pushidrosal Tingkatkan Kerjasama Dalam Pembangunan Maritim
    3 jam lalu
    (🔴Live) Rapat Paripurna DPRD Kota Batam, Rabu, 18 Juni 2025
    9 jam lalu
    Batam Dominasi Pertumbuhan Ekonomi Kepri
    9 jam lalu
    Pemerintah Putuskan, Pemprov Aceh Tetap Miliki 4 Pulau Sengketa
    15 jam lalu
    Kasus Pengeroyokan DJ Perempuan di Batam Berlanjut ke Pengadilan
    1 hari lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Pemko Batam Janji Selesaikan Legalitas Kampung Tua
    3 hari lalu
    Pembangunan Sekolah Luar Biasa di Batam Dimulai Tahun Ini
    4 hari lalu
    Pendaftaran PPDB SD di Batam Sudah Capai 10.774 Akun
    4 hari lalu
    Bahas SPMB 2025/2026, DPRD Batam Khawatir Kuota Terbatas di Sekolah Negeri
    7 hari lalu
    Samurai Biru Jepang Superior, Gasak Timnas Garuda 6 Gol Tanpa Balas
    1 minggu lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Pulau Combol (Tjombol)
    2 minggu lalu
    Pulau Basing, Tanjungpinang
    3 minggu lalu
    Tari Persembahan: Simbol Kehormatan dalam Budaya Melayu
    3 minggu lalu
    Pulau Pemping, Batam
    3 minggu lalu
    Firman Eddy (Bupati Ke-5 Kepulauan Riau)
    3 minggu lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    “Segudang Masalah Nelayan di Perairan Teluk Belian” | NGOBROL EVERYWHERE (Full)
    6 bulan lalu
    17
    Ngobrol Everywhere | Nelayan Bengkong dan Segudang Masalahnya
    6 bulan lalu
    Hunting Photo Malam di Washington, DC
    11 bulan lalu
    “Monumen Iwo Jima”
    11 bulan lalu
    #Full “Berkah Qurban di Kandangberkah.id ” | NGOBROL EVERYWHERE ❗
    1 tahun lalu
  • Sudah Punya Akun?
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Menyimak: Ormas Agama Kelola Tambang Batu Bara, Untung atau Buntung?
Sebar
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2016 - 2024 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
VOA Indonesia

Ormas Agama Kelola Tambang Batu Bara, Untung atau Buntung?

Admin
Editor Admin 10 bulan lalu 511 disimak
Sebar
Tambang batu bara mengakibatkan kerusakan lingkungan dekat Samarinda, provinsi Kalimantan Timur (foto: ilustrasi).Disediakan oleh GoWest.ID
290
SEBARAN
ShareTweetTelegram

BEBERAPA ekonom mempertanyakan keputusan PBNU dan Muhammadiyah menerima tawaran pemerintah untuk mengelola pertambangan. Mereka mengusulkan ormas keagamaan sebaiknya diajak mengembangkan energi terbarukan. 


PENGAMAT ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyayangkan keputusan ormas keagamaan PBNU dan Muhammadiyah yang menerima tawaran pemerintah untuk mengelola pertambangan batu bara.

Menurutnya, proses eksploitasi dan eksplorasi pertambangan batu bara sudah bisa dipastikan banyak menimbulkan mudharat dibandingkan manfaat, seperti merusak ekologi dan lingkungan serta menimbulkan masalah sosial.

Apalagi, katanya, dalam kurun waktu yang tidak lama lagi pertambangan batu bara akan memasuki masa akhir, atau biasa disebut “sunset”. Sudah banyak negara, terutama yang tergolong maju, sudah mulai meninggalkan batu bara karena menganggapnya sumber energi kotor. Australia, contohnya, yang sudah sejak beberapa tahun lalu menutup tambang batu baranya.

“Beberapa pengusahanya pindah ke Indonesia karena (di sini) masih dimungkinkan. Tetapi di negara-negara maju sudah menghentikan dan menutup tambang batu baranya. Artinya mereka memperkirakan pada saatnya nanti tidak akan ada lagi negara yang menggunakan batu bara untuk pembangkit listriknya. Kalau kemudian dijual di dalam negeri, ya ke PLN karena PLN masih menggunakan batu bara sekitar 57 persen, itu pun berlaku kebijakan DMO (domestic market obligation) yang harganya dipatok USD70 , ini juga harganya rendah. Maka ini disebut sunset industry,” ungkap Fahmy saat berbincang dengan VOA.

Untuk kondisi di tanah air, kata Fahmy, mengingat cadangan batu bara masih cukup banyak, untuk menghindari “masa sunset” banyak penambang yang mulai mengolah batu bara untuk diolah menjadi energi bersih, seperti mengubah batubara menjadi gas yang kemungkinan bisa digunakan untuk gas elpiji tiga kilogram. Namun, sekali lagi ia mengingatkan bahwa konsumen terbesar batubara yakni PLN pun sudah mulai mengembangkan energi terbarukan dan mulai meninggalkan batubara meskisecara bertahap.

“Jadi kalau kemudian ormas (mengelola izin tambang batu bara) ini saya kira hasilnya kecil, prospeknya tidak bagus. Dan lagi kalau melihat Perpres-nya yang mengatakan bahwa tambang yang diberikan adalah tambang bekas. Tapi logika yang bisa kita kembangkan kalau itu bekas dan sudah dieksplorasi oleh Adaro 10-20 tahun misalnya, mestinya tinggal sisa-sisa,” jelas Fahmy.

Pengamat ekonomi energi UGM, Dr Fahmy Radhi. (Foto: dok pribadi)

Selain itu, kata Fahmy, izin yang diberikan pemerintah kepada ormas keagamaan untuk mengelola izin tambang hanya lima tahun. Menurutnya, izin tersebut sangat pendek, mengingat ormas-ormas keagamaan itu bisa tidak bisa langsung menambang ketika memperoleh izin konsesi karena harus mengurus perizinan yang cukup panjang dan berjenjang. Ia memperkirakan, ormas-ormas itu baru bisa melakukan kegiatan penambangan pada tahun ketiga, sehingga bisa dipastikan hasil atau keuntungan yang diperoleh sangat kecil.

“Maka dalam cost and benefit analysis, kalau cost-nya terlalu besar dibandingkan benefit-nya maka itu tidak layak. Mestinya NU dan Muhammadiyah menolak, saya kemarin agak terkejut juga kalau Muhammadiyah akhirnya menerima tawaran tambang yang mudharat-nya lebih besar daripada manfaatnya,” katanya.

Fahmy juga mengkhawatirkan dua ormas keagamaan tersebut akan terseret pada dunia hitam pertambangan yang selama ini kerap terjadi, seperti penambangan ilegal dan mafia tambang.

“Jangan-jangan mereka akan terseret melakukan kejahatan pertambangan tadi. Misalnya tidak melakukan reklamasi atau dalam perluasannya mengambil tanah masyarakat adat, itu yang terjadi seperti itu. Kalau Muhammadiyah mengatakan dia akan mengelola dengan ramah lingkungan, ramah masyarakat, ini suatu hal yang mustahil, karena dalam proses penambangan itu sudah sangat pasti akan merusak ekologi dan lingkungan,” tegasnya.

Sementara itu, di lain kesempatan, ekonom CELIOS Bhima Yudhistira juga mempertanyakan keputusan dua ormas keagamaan menerima tawaran pemerintah untuk mengelola tambang batu bara. Apalagi, katanya, dua ormas ini sama sekali tidak memiliki keahlian apapun di bidang pertambangan.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira. (Foto: VOA)

“Buat apa? Amal usahanya kan pendidikan bagus, kesehatannya bagus. Justru studi kita menemukan bahwa daerah yang memiliki basis tambang atau desa yang memiliki basis tambang itu sudah pasti jelek koefisien soal fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, memicu konflik masyarakat horizontal maupun vertikal, itu temuannya sudah seperti itu. Jadi artinya, sudah tidak ada pembenaran lagi sebenarnya Muhammadiyah untuk ikut campur atau turut andil di dalam melanjutkan sektor pertambangan,” ungkap Bhima.

Menurutnya, ketimbang ormas keagamaan memaksakan diri mengelola sesuatu yang bukan keahliannya, alangkah lebih baik bila mereka terlibat dalam pengembangan energi terbarukan berbasis komunitas. Menurutnya, hal ini bisa dilakukan melalui pesantren, sekolah ataupun rumah sakit yang dimiliki oleh ormas keagamaan tersebut.

“Itu yang bisa dikawinkan, dengan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan ini profitnya atau kalau bicara soal keekonomian ini profitnya besar sekali. Itu menunjukkan dampak surplus keuntungan dunia usahanya besar sekali kalau mau masuk ke energi terbarukan basis komunitas seperti solar panel, angin, mikrohidro yang di desa-desa masih sangat dibutuhkan,” jelasnya.

Menurutnya, ketika ormas masuk ke dalam pengembangan energi terbarukan berbasis komunitas, keuntungan yang dihasilkan akan jauh lebih besar dibandingkan mengelola pertambangan. Bhima juga khawatir apabila ormas keagamaan mengelola pertambangan hanya akan menerima komisi atau fee semata. Bahkan, menurutnya, risiko untuk menjadi broker izin pertambangan juga cukup besar. sementara ada dampak lingkungan dan masalah sosial yang harus ditanggung oleh ormas keagamaan ini nantinya.

“Dari studi yang kita lakukan, itu menemukan bahwa kalau ada dorongan untuk pemanfaatan energi terbarukan berbasis komoditas, itu keuntungan yang diterima oleh pelaku usaha itu sampai Rp9.750 triliun dan 96 juta orang bisa terserap tenaga kerja di sektor energi terbarukan berbasis komunitas. Jadi pada intinya ini bisnis yang cuan-nya besar, dibandingkan ngurusin tambang batu bara, ada dampak lingkungan dan kesehatan. Apalagi ini bekas tambang, belum tahu cadangannya berapa. Kalau ada konflik, seperti kerugian kesehatan dan lingkungan ya harus ditanggung (oleh ormas keagamaan),” katanya.

“Jadi, kalau dikalkulasi sebenarnya lebih rugi menjalankan bisnis tambang daripada main ke energi terbarukan berbasis komunitas. Dan itu bisa disilangkan dengan rumah sakit, fasilitas pendidikan, pesantren yang dimiliki oleh Ormas keagamaan, itu bisa sekali menjadi salah satu alternatif untuk amal usaha terutama kalau bicara soal Muhammadiyah,” pungkasnya. 

[gi/ab]

Pilihan Artikel untuk Anda

Respons Beragam Sambut Kemunculan Manus, Asisten Digital AI Buatan China

Menhan: Akan Ada 15 Institusi yang Bisa Ditempati Prajurit TNI Aktif

“Perang Dagang Amerika: Dulu dan Sekarang”

Oracle Lirik Batam Jadi Pusat Data

Masih Awal Tahun, APBN Sudah Defisit Rp31,2 Triliun

Kaitan Ormas, Tambang
Admin 12 Agustus 2024 12 Agustus 2024
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali0
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya Pemberdayaan Masyarakat Terdampak Proyek Rempang Eco-City Menjadi Prioritas Utama
Artikel Selanjutnya Catur Entertainment Gelar Silaturahmi Musisi Batam Melalui Rock Parade Band
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

BP Batam dan Pushidrosal Tingkatkan Kerjasama Dalam Pembangunan Maritim
Artikel 3 jam lalu 57 disimak
(🔴Live) Rapat Paripurna DPRD Kota Batam, Rabu, 18 Juni 2025
Live! 9 jam lalu 131 disimak
Batam Dominasi Pertumbuhan Ekonomi Kepri
Artikel 9 jam lalu 93 disimak
Pemerintah Putuskan, Pemprov Aceh Tetap Miliki 4 Pulau Sengketa
Artikel 15 jam lalu 96 disimak
Kasus Pengeroyokan DJ Perempuan di Batam Berlanjut ke Pengadilan
Artikel 1 hari lalu 113 disimak

POPULER PEKAN INI

BP Batam Lantik 23 Pejabat Struktural Baru
Artikel 2 hari lalu 382 disimak
Proyek Estuari DAM: Pemprov Kepri Kaji Bendung Laut Senggarang
In Depth 5 hari lalu 267 disimak
Penyelundupan Narkoba Cair, WNA Malaysia Ditangkap di Pelabuhan Sri Bintan Pura
Artikel 5 hari lalu 231 disimak
Pemko Batam Janji Selesaikan Legalitas Kampung Tua
Budaya 3 hari lalu 224 disimak
Dua Tersangka Jambret Ditembak Polisi di Batam
Artikel 5 hari lalu 221 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?