BADAN Pengusahaan (BP) Batam memastikan pekerjaan kontruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berlanjut pada Desember mendatang, setelah persetujuan perpanjangan waktu hingga September 2024 disetujui oleh The Export-Import (Exim) Bank of Korea (EDCF) Korea selaku pemberi pinjaman dana lunak.
“Dari target 114 km jaringan pipa primer dan sekunder, tahap 1 yang belum tersambung sekitar 3,7 km 7 di titik lokasi, yaitu Pasir Putih, Royal Grande, Citra Indah, Baloi Ditpam, Eden Park, Kembang Sari, dan Grand Orchid. Setelahnya, dilanjutkan penyelesaian 11 ribu Sambungan Rumah (SR) di bulan Desember 2022,” kata General Manager Pengelolaan Lingkungan BP Batam, Iyus Rusmana yang juga merupakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek ini.
Proyek IPAL Tahap 1 ini memiliki area pelayanan di Batam Center dengan total 43 perumahan dengan lokasi IPAL berada di Bengkong Sadai.
Pengerjaan Proyek IPAL dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan dari air limbah domestik yang mengalir ke waduk maupun perairan pantai.
Progres proyek IPAL sampai saat ini telah mencapai 90,8 persen dengan rincian sebagai berikut:
- Pembangunan IPAL di Bengkong Sadai telah rampung 100 persen,
- Pembangunan 5 stasiun pompa telah rampung 100 persen,
- Jaringan pipa keseluruhan mencapai 93,8 persen,
- Sambungan Rumah (depan rumah/samping drainase) mencapai 10.000 SR sebesar 69,4 persen.
“Pekerjaan sambungan rumah ada dua fase. Fase 1 sambungan rumah di depan rumah/samping drainase sudah terpasang sebanyak 10 ribu, sedangkan fase 2 sambungan rumah ke septic tank masih nol karena menunggu jaringan pipa primer diselesaikan terlebih dahulu,” ungkapnya lagi.
Iyus mengatakan, pekerjaan konstruksi mengalami penundaan sejak awal tahun 2020 akibat pandemi covid-19 dan kendala teknis di lapangan yang merubah metode kerja, misalnya pekerjaan jaringan pipa yang awalnya menggunakan metode open cut berubah menjadi pipe jacking (boring) akibat ketidakstabilan tanah di lokasi. Perubahan metode pekerjaan ini membutuhkan tambahan biaya yang harus direviu terlebih dahulu.
Selain itu, saluran pipa yang melewati sungai, perumahan warga, dan membelah Pengalokasian Lahan (PL) milik warga telah dilakukan pemetaan kembali jalur pipa (re-route).
Iyus menegaskan bahwa proyek pemasangan tidak terbengkalai atau mangkrak, dimana dalam progres konstruksi BP Batam selalu melakukan koordinasi rutin dengan Bappenas dan Kementerian Keuangan RI melalui rapat monitoring dan evaluasi.
Proyek IPAL tahap 1 ini merupakan proyek yang akan menjadi percontohan bagi daerah lain. Selain itu, proyek ini telah mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat.
“BP Batam juga secara aktif berkoordinasi dengan EDCF, Hansol EME Korea selaku kontraktor, dan Sunjin Eng & Arch Korea selaku konsultan, untuk memastikan bahwa proyek ini dapat berjalan dengan baik,” paparnya.
“Hingga saat ini Hansol selaku kontraktor masih melakukan monitoring serta perbaikan aset-aset proyek meskipun pekerjaan konstruksi tertunda,” lanjutnya.
Sebelumnya, pengajuan perpanjangan waktu telah diajukan Kementerian Keuangan RI dengan mengirimkan permohonan resmi ke The Export-Import (Exim) Bank of Korea (EDCF) dan telah disetujui, dengan penyelesaian proyek hingga bulan Juni 2024 dan Loan Closing Date pada bulan September 2024.
Total anggaran yang dibutuhkan untuk mengerjakan sisa pekerjaan proyek IPAL sebesar Rp 112,5 miliar yang berasal dari Pinjaman Luar Negeri (Loan) yang telah sudah tersedia.
Adapun anggaran tersebut akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan 3,7 km di 7 lokasi, pengadaan peralatan pendukung operasional, penyelesaian 11 ribu Sambungan Rumah (ke septic tank), penyelesaian mekanikal dan elektrikal, serta commissioning & training yang akan dimulai kembali pada awal Desember 2022, dan akan beroperasi di sebagian area pada bulan Oktober 2024.
“Dari kegiatan-kegiatan tersebut kami pastikan bahwa proyek tidak mangkrak dan masih terus berjalan hingga waktu yang ditetapkan,” tutup Iyus (leo).