PELABUHAN Harbourfront Singapura akan membuka diri (Reopening) mulai 15 Juni mendatang. Pemerintah Kota (Pemko) Batam menyambut baik hal tersebut, karena dapat mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Batam.
Sebagai persiapan, Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Batam bersama Bea dan Cukai (BC) Batam, Imigrasi Batam, Karantina Batam, serta Syahbandar Batam serta pengelola pelabuhan mengelar rapat koordinasi, Jumat (10/6).
Kepala Disbudpar Batam, Ardiwinata mengungkapkan sejumlah poin-poin penting terkait reopening pelabuhan tersebut.
“Pasti akan ada lonjakan penumpang dari Batam-Singapura dan sebaliknya dengan dibukanya rute Harbourfront-Batam ini,” katanya.
Dengan reopening Harbourfront, maka sekarang ada 2 jalur masuk, termasuk dari Pelabuhan Tanah Merah.
Dalam rapat tersebut, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) mendapat saran untuk segera menambah jumlah personil, terutama di bagian front line untuk memproses QR Scan sekaligus membantu wisatawan mengakses aplikasi Peduli Lindungi.
“Kebersihan juga perlu menjadi perhatian agar bisa memberikan kenyamanan. Selain itu, ada juga kednala lainnya seperti keberangkatan ferry dari Malaysia ke Batam yang sering tidak tepat waktu,” jelasnya.
Dalam rapat tersebut, juga terdapat beberapa usulan seperti peniadaan Visa on Arrival (VOA) yang digantikan dengan bebas visa kunjungan (BVK) atau Visa Exemption.
“Visa Exemption ini diusulkan tidak terbatas kepada wisatawan dari 9 negara Asean saja, tapi juga menyeluruh 169 negara,” jelasnya.
Saat reopening 15 Juni nanti, Pemko Batam akan turut menyambut wisman yang datang ke Batam. Kegiatan tersebut akan diwarnai dengan penampilan musik Melayu.
“Kita akan tampilkan musik Melayu sebagai cara memuliakan tamu dalam hal ini menyambut kedatangan wisman ke Batam,” terangnya.
Dalam kesempatanm itu, Ardi juga mensosialisasikan Peraturan Daerah (Perda) No 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu. Perda tersebut diantaranya berisikan anjuran untuk mengunakan pakaian adat melayu, memperdengarkan musik dan lagu daerah melayu dan menghidangkan makanan khas melayu di pelabuhan, hotel, restoran, pengelola bandara, dan pusat perbelanjaan.
“Apapun yang kita lakukan dalam pariwisata tetap mengedepankan kebudayaan. Bukan hanya kebudayaan melayu saja, tetapi seluruh budaya Indonesia namun payungnya adalah kebudayaan Melayu,” jelasnya (leo).