SEBANYAK 3.000 bibit tumbuhan lamun ditanam di perairan dangkal Pulau Dompak, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Kegiatan ini bertujuan untuk merestorasi ekosistem laut yang semakin terancam.
Kegiatan penanaman ini dilakukan oleh PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) di sekitar perairan Pelabuhan Dompak pada Jumat, 14 November. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pelni, Anik Hidayati, mengungkapkan bahwa bersama Carbon Ethic, mereka telah mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan kerusakan ekosistem, termasuk Pulau Dompak.
“Beberapa pulau di Indonesia mengalami kerusakan ekosistemnya. Kami melihat Dompak sebagai lokasi yang potensial untuk pemulihan melalui penanaman lamun,” jelas Anik.
Pemilihan lamun dilakukan sebagai tindakan strategis untuk menekan emisi karbon di lingkungan laut, yang merupakan area operasional utama kapal-kapal Pelni. Anik menambahkan, “Lamun memiliki kemampuan menyerap CO2 hingga 35 kali lebih efektif dibandingkan tanaman hutan.”
Lebih lanjut, waktu pertumbuhan lamun yang relatif cepat, yaitu satu hingga dua tahun untuk mencapai kedewasaan, menjadi alasan lain untuk memilihnya, mengingat tanaman hutan dapat membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh.
Di samping manfaat ekologis, keberadaan lamun juga memberikan dampak positif secara ekonomi bagi masyarakat pesisir. Ekosistem lamun berfungsi sebagai habitat penting bagi berbagai biota laut, termasuk ikan yang menjadi sumber kehidupan bagi para nelayan.
“Ke depan, Pelni berencana untuk berkolaborasi dengan berbagai lembaga demi memetakan lokasi lain yang layak untuk konservasi lamun,” tutup Anik.
(nes)


