RUNTUHNYA plafon Masjid Tanjak membuat warga Batam terkejut. Pasalnya, masjid itu baru saja diresmikan sekitar 3 bulan yang lalu. Menurut pendapat Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) Kepri, Supriyanto, penyebabnya karena material plafon yang menggunakan gypsum tidak kuat menahan gempuran air dan angin.
“Sebenarnya menurut saya harus dicari penyebabnya dulu. Kalau melihat dari video yang viral dan berita, runtuhnya plafon karena katanya ada air masuk. Kalau ada air dan angin yang masuk, maka kisi-kisi lubang harus diselesaikan,” katanya kepada GoWest Indonesia, Kamis (8/9).
Ia melanjutkan kalau dorongan angin bisa menyebabkan tekanan kuat kepada plafon, apalagi di daerah tempat Masjid Tanjak berdiri, tiupan angin cukup kencang.
“Dorongan angin begitu kuat menggulung-gulung diatas plafon saat masuk, sehingga menyebabkan tekanan kuat, apalagi kalau ada air, wah plafon pasti lepas,” jelasnya.
Plafon bisa menempel, karena ada rangka di atasnya, sehingga dalam proses menyatukannya maka harus rigid kuat. “Dan satu lagi, kemungkinan rangka tidak kuat menahan beban angin dan air sekaligus,” jelasnya.
Ia juga yakin bahwa material plafon ini merupakan gypsum. “Kalau pakai gypsum pasti hancur, apalagi ketika kena air. Kalau pakai tipe yang lain lebih kuat sama air,” imbuhnya.
“Pandangan secara teknis dari saya, kecelakaan ini karena memang ada faktor yang sebabkan plafon mendapat tekanan yang luar biasa, ditambah lagi ada air yang buat plafon lepas dari rangkanya,” paparnya.
Sebelumnya, plafon salah satu masjid terbaru di Batam, yakni Masjid Tanjak runtuh, Kamis (8/9). Berdasarkan video yang viral di tengah warga Batam, plafon yang runtuh tersebut hampir mencakup seluruh bagian kubah masjid.
Selaku pengelola Masjid Tanjak, Badan Pengusahaan (BP) Batam mengakui terjadi kerusakan parah di masjid tersebut. Mereka menduga penyebabnya karena curah hujan yang membuat kelembaban tinggi di plafon (leo).