JURU Bicara pemerintah untuk penanganan kasus COVID-19, Achmad Yurianto mendapat banyak cercaan sepanjang sabtu akhir pekan ini. Penyebabnya adalah pernyataan Yuri tentang si kaya dan si miskin dalam pers konferensi harian yang digelar jumat (27/3/2020) kemarin.
“.. Yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya.”
Begitu kata Yurianto pada siaran langsung di BNPB, Jumat (27/3).
Setelah viral dan dicerca banyak orang, ia akhirnya buka suara terkait pernyataannya yang viral itu. Yuri menegaskan bahwa dia tidak bermaksud merendahkan masyarakat miskin.
“Itulah yang saya katakan yang kemudian saya di-bully di mana-mana itu kan. Mbok yang kaya itu lho, saya sih memang agak keras ngomongnya. Bukan dalam rangka menghina yang miskin. Saya itu lebih mengatakan untuk menekan yang kaya,” ujar Yuri seperti dilansir dari Detikcom, Sabtu (28/3/2020).
Yuri lantas mencontohkan pekerjaan asisten rumah tangga (ART). Dia mengatakan mobilitas ART yang tinggi berpotensi menularkan virus Corona.
“Tetapi persepsinya di balik. Dikira saya menyudutkan yang miskin. Padahal saya ingin mempermalukan yang kaya gitu lho. Misalnya di rumah punya asisten rumah tangga, ART itu tiap hari mondar-mandir dari rumahnya ke rumah majikan, dia naik angkot kan resikonya tinggi toh untuk tertular. Kalau dia nanti sakit terus di rumah majikan sakit semua kan jadi repot,” ungkapnya.
Dia menyebut seharusnya majikan meliburkan ART di tengah pandemi Corona ini. Selain itu, para majikan juga harus memberikan kompensasi kepada mereka.
“Kenapa sih ART kamu ngak usah kerja tapi di rumah loh, jangan kemana-mana, ini tak kasih gajimu sebulan, tambah lagi untuk beli beras, kamu di rumah saja jangan ke mana-mana. Bisa kan. Toh kita juga di rumah, apa iya sih kita nggak bisa nyapu ngepel, wong nyuci aja dimasukin ke mesin gitu loh. Nggak perlu pakai baju yang setrika wong kita nggak keluar rumah juga kok, pakai sarung, pakai setrika nggak apa-apa. Itu omongan saya, tapi di balik toh,” tuturnya.
Yuri menyayangkan ucapannya itu yang viral di media sosial justru diputarbalikkan.
Dia menegaskan kembali bahwa ingin menyentil orang kaya, bukan menyudutkan orang miskin.
“Diputar, dikira saya menghina yang miskin kan. Padahal coba kalau dilihat siapa? nggak mungkin orang miskin orang miskin nggak punya twitter, iya kan. Yang ngomong itu orang yang kaya itu loh,” tutur Yuri.
“Kan sekarang, mohon maaf bahasa saya agak kasar dikit, sekarang yang waras siapa? apa sih susahnya kita punya supir udah kami nggak usah kerja, kamu di rumah aja, tapi jangan keluar-keluar lo. Ini gajimu sebulan tak kasih. Ini buat tambahan beli beras, untuk sembako. Kan saya sendiri sebagai majikan nggak ke mana-mana. Saya itu nyentil keras telinga orang yang kaya. Jangan kemudian kamu nggak usah kerja tapi nggak dibayar, kan repot kalau begitu,” sambung Yuri.
Protes Netizen
NETIZEN tersinggung dan melontarkan kritikan pedas terkait pidato jubir virus corona Achmad Yurianto.
”Sudah ditelantarkan oleh negara, orang miskin juga dituduh sebagai pembawa penyakit” tulis akun @borderrakyat.
”Pak, kasus positif corona yang pertama di Indonesia itu bukan orang miskin loh. Saya kira yang bawa virus corona ini ke Indonesia pun bukan orang miskin karena orang miskin ga sanggup buat jalan-jalan ke luar negeri” balas akun @hendralm.
”Urgently needed: Program pelatihan komunikasi publik bagi pejabat negara” ungkap akun @ajengnovitaaa.
”Asal ngomong! Sini gue gantiin! Ga becus!” komentar Dr Tirta dengan akun @tirta_hudhi.
(*/yum/zhr/GoWestID)
Sumber : BNPB RI / DETIKCOM / TWITTER
Sudahlah pak…minta maaf saja, selesai masalah. Yang menyimak tidak semuanya bisa memahami maksud bapak. Kedepan gunakan bahasa yg simple yg tidak menimbulkan persepsi macam-macam