PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mengumumkan rencana peluncuran proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Batam, yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2025.
PLTS yang terletak di Tembesi ini memiliki kapasitas 46 megawatt peak (MWp) dan telah menandatangani perjanjian jual beli listrik (PPA) dengan PLN Batam pada 12 Februari 2024, dengan durasi kontrak selama 25 tahun.
Menurut Nafi Achmad Sentausa, Investor Relations TOBA, pembangunan proyek ini sudah dimulai, dan pihaknya optimis bahwa PLTS tersebut akan beroperasi secara komersial pada tahun depan.
“Kami berharap PLTS ini dapat menyediakan listrik bersih untuk mendukung kebutuhan industri dan pusat data di Batam,” ungkapnya setelah rapat umum pemegang saham di Jakarta beberapa hari kemarin.
Lebih lanjut, Nafi menyampaikan bahwa TOBA juga sedang merencanakan investasi baru untuk memperluas portofolio energi terbarukan dan pengelolaan limbah, setelah melakukan divestasi terhadap dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)—PT Minahasa Cahaya Lestari dan PT Gorontalo Listrik Perdana. Dari divestasi ini, TOBA diperkirakan akan memperoleh dana sekitar US$144,8 juta, yang akan digunakan untuk proyek energi terbarukan, pengelolaan limbah, serta investasi di kendaraan listrik.
“Divestasi ini memberikan kami likuiditas yang lebih besar dibandingkan modal awal sekitar US$87,4 juta yang diinvestasikan untuk pembangunan PLTU tersebut,” tambah Nafi.
Perusahaan juga tengah mengeksplorasi opsi investasi di sektor daur ulang plastik, meskipun belum ada keputusan resmi yang diumumkan.
Di sisi lain, TOBA mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) sebanyak 816,78 juta lembar, atau sekitar 10% dari total saham yang beredar. Dana untuk program buyback ini disesuaikan menjadi Rp425,19 miliar, menurun dari sebelumnya Rp474,58 miliar. Harga buyback akan ditentukan berdasarkan nilai saham TOBA per 11 November 2024, yang tercatat di Rp520 per lembar.
Dalam laporan keuangannya, TOBA mencatat laba bersih mencapai US$34,83 juta pada kuartal III/2024, melonjak 364,68% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu yang hanya sebesar US$7,49 juta. Meskipun ada penurunan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar 9,11% selama periode Januari-September 2024, TOBA masih berhasil meraih total pendapatan sebesar US$336,6 juta (setara Rp5,09 triliun), meski lebih rendah dibandingkan US$370,3 juta pada periode yang sama tahun lalu.
(sus)