SALJU di bulan Januari mungkin jadi hal lumrah di sejumlah negara. Namun, lain halnya kalau terjadi di Gurun Sahara.
Gurun Sahara di bulan Januari tahun 2021 ini, dilaporkan kembali mendapat perhatian di dunia maya. Itu karena salju turun di sana.
Fenomena langka tak biasa itu terekam oleh salah satu fotografer Algeria bernama Karim Bouchetata pada hari Minggu lalu (17/1). Dikumpulkan dari berbagai sumber, Kamis (21/1/2021), unggahan foto Karim itu pun langsung viral.
Dia mendeskripsikan panorama itu sebagai lukisan es di padang pasir. Karim memotret fenomena itu di Kota Ain Sefra di provinsi Naama, Algeria.
Sebelumnya, fenomena Gurun Sahara yang bersalju juga pernah terjadi tahun 2016.
Kala itu, nama Karim juga sempat viral setelah memotret fenomena itu untuk yang pertama kalinya setelah 37 tahun silam.
Hanya saja, kali ini Karim lebih dari siap. Selain foto, ia juga merekam fenomena itu lewat sebuah video gurun pasir yang sebagian tertutupi salju.
Di lapangan, suhu di Gurun Sahara juga disebut tengah turun drastis. Pekan lalu misalnya, suhu di sana mencapai minus 3 derajat celcius seperti diberitakan situs berita ED News.
Laporan Karim langsung mendapat tanggapan dari media-media dunia. Seperti BFM TV Perancis, RT Rusia, CNN Brazil hingga DW Jerman memberitakan laporan pria itu. Beberapa di antaranya melakukan interview langsung dengan dirinya.
Salju di Sahara
SALJU turun di Gurun Sahara bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, peristiwa serupa sempat terjadi pada 2018 dan 2016.
Bahkan peristiwa ini disebut sebagai kasus keempat terjadi di salah satu wilayah terpanas di muka Bumi itu. Peristiwa salju di gurun pertama terjadi pada 1979.
Salju kali ini kembali menyelimuti sebagian kawasan di Arab Saudi dan Gurun Sahara yang masuk dalam wilayah Aljazair.
Dilansir Middle East Monitor, Kamis (21/1), fenomena alam ini diduga terjadi akibat tekanan tinggi udara dengan suhu sangat rendah yang terkonsentrasi di wilayah gurun, lalu bereaksi dengan tingkat kelembaban yang tinggi hingga menimbulkan salju.
Senada, juru bicara kantor cuaca dan perubahan iklim Inggris menjelaskan cuaca dingin di dataran Eropa yang ada di utara gurun Sahara, bisa mendorong udara dingin yang lembab ke wilayah itu.
Sehingga kadar kelembaban inilah yang bisa menimbulkan salju. Hal ini diutarakan ketika terjadi hujan salju di wilayah yang sama pada 2018 lalu, seperti dikutip The Independence.
Lebih lanjut, pada 1979, terjadi badai salju selama setengah jam. Badai ini bahkan sempat menghentikan lalu lintas saat itu. Pada 2016, salju kembali turun di sekitar tempat yang sama seharian. Pada 2017 dan 2018, salju kembali turun.
Selain di gurun Sahara, Pada 2008 dan 2019 hujan salju dilaporkan turun di Baghdad, Irak. Para penduduk setempat pun heran dengan fenomena alam itu.
Sebab, mereka sudah terbiasa dengan cuaca terik. Bahkan jika masuk musim panas, suhu udara di Baghdad bisa mencapai 50 derajat Celcius.
Sebelumnya, fenomena turun salju di kawasan Tabuk,Arab Saudi. Saat itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo menuturkan fenomena salju di kawasan Arab Saudi memang mungkin terjadi.
“Memang konotasinya kan Arab itu daerah panas. Padahal kan sebetulnya Arab secara lintang itu agak ke utara, tidak di ekuator persis. Sehingga sebetulnya Arab bisa saja mengalami musim dingin,” jelas Mulyono kepadaCNNIndonesia.com, Selasa (21/1).
Kawasan Arab Saudi yang tidak seluruhnya berada di ekuator membuat salju mampir ke wilayah itu. Sebab, hanya bagian bumi yang berada di garis ekuator yang tidak akan mengalami musim salju.
(*)
Sumber : DW / Middle East Monitor / CNN / The Independent