SAYA selalu iri dengan generasi 60an ke atas. Mereka, yang kita sebut sebagai lansia itu, selalu bisa menemukan cara untuk bersenang-senang tanpa melibatkan perangkat digital. Ngobrol ngalor ngidul tanpa direcoki HP.
Oleh : Sultan Yohana
————
SEPERTI foto yang saya jepret di dalam MRT Circle Line jurusan Pelabuhan Harbour Front, Rabu (27/9) pagi tadi. Dua pria sepuh yang duduk di kursi bagian, sepanjang perjalanan kereta terlihat asyik ngobrol. Sementara di depan mereka, para generasi yang lebih mudah, masing-masing memilih memainkan telepon pintar mereka.
Di Singapura, Anda akan mudah menemukan lansia-lansia duduk, di taman-taman, sambil membaca koran. Atau ngobrol sambil ketawa-ketiwi sepanjang hari, di warung kopi. Ketika berolahraga pagi pun, saya nyaris tak pernah melihat ada HP di tangan atau lubang telinga tertutup earphone.
Di masjid, golongan lansia inilah yang steril tidak menggunakan HP ketika pengkhutbah berbicara. Meski, tentu saja, mereka-mereka punya telepon pintar. Telepon-telepon, yang seringkali lebih canggih dan mahal ketimbang punya saya.
Saya iri dengan mereka. Karena saya tahu, jaman sekarang; beraktivitas tanpa gadget pintar di genggaman, itu justru membutuhkan lebih banyak KEPINTARAN khusus yang tidak bisa diajarkan oleh Google, alih-alih artificial intelligence. Kepintaran yang hanya bisa didapat lewat kematangan usia dan pengalaman.
Saya iri dengan mereka.
(*)
Penulis/ Vlogger : Sultan Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id