MASA depan yang cukup baik menanti industri galangan kapal (shipyard) dan juga industri offshore di Batam tahun ini. Pesanan kapal terus berdatangan, karena kebutuhan armada lokal untuk mengangkut minerba sangat tinggi, begitu juga dengan proyek offshore di luar negeri. Tapi, sayangnya sektor pembuatan kapal ini tengah mengalami krisis ketenagakerjaan.
“Untuk 2023, semua galangan kapal penuh, karena pesanan dari 2022 belum terkejar. Ini penuh sampai 2024 nanti,” kata Ketua Batam Shipyard Offshore Association (BSOA), Robin Pramana di Sagulung, Rabu (11/1).
Saat ini, pesanan pembuatan kapal memang penuh. Namun, persoalan yang dihadapi oleh shipyard dan juga offshore di Batam yakni kekurangan tenaga kerja ahli.
“Untuk sekarang memang lagi krisis. Kami butuh sekitar 5.000-8.000 orang untuk kegiatan shipyard dan offshore. Kami juga sudah minta bantuan Disnaker setempat untuk bantu cari tenaga kerja,” ungkapnya.
Karena banyak pekerjaan, maka shipyard sangat membutuhkan banyak tenaga kerja, khususnya welder, drafter, fitter dan scaffolder. Semua jenis pekerjaan ini merupakan bagian dari perencanaan pembuatan sebuah kapal.
Welder bertugas menyambungkan logam dengan teknik pengelasan. Drafter bertugas menyiapkan gambar-gambar kerja teknis terkait kapal yang akan dibuat, sehingga gambar tersebut dapat memudahkan dalam proses pembuatan kapal.
Selebihnya, bagian fitter atau profesi pekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan, pembuatan dan pemasangan konstruksi baja serta peralatan mesin mengikuti petunjuk yang diberikan engineering melalui gambar desain.
Kemudian, scaffolder atau pekerja dengan keahlian membuat bangunan konstruksi, serta untuk menyangga manusia dan bahan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya.
Menurut Robin yang juga Direktur PT Karya Teknik Utama (KTU) ini, ada sejumlah faktor yang menyebabkan minimnya tenaga kerja ahli di bidang shipyard di Batam.
“Pertama, karena penundaan yang terjadi karena perang Rusia-Ukraina, dimana pengiriman material semua terlambat. Lalu, di tahun 2022 curah hujan sangat tinggi. Sebenarnya bisa lebih cepat, tapi karena kondisi tersebut, jadi terkendala,” paparnya.
Selanjutnya, kondisi ekonomi. “Dulu tahun 2015, jumlah tenaga kerja mencukupi, tapi saat ekonomi turun di 2018 dan Covid di 2020 membuat shipyard dan offshore turun, sehingga banyak tenaga kerja ahli yang pulang kampung atau cari kerja di luar Batam,” paparnya.
Di tempat yang sama Ketua Harian BSOA, Novi Hasni mengatakan pesanan di pertengahan 2022 terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan kegiatan tambang di Sulawesi meningkat pesat.
Adapun pesanan kapal paling banyak yakni kapal tugboat dan tongkang. Lalu tanker dan barge, serta accomodation barge.
“Permintaan tinggi karena untuk mengangkut minerba. Jadi satu shipyard itu bisa diminta bangun 30 kapal karena dapat job yang berbarengan,” paparnya.
Di sektor offshore, kegiatan eksplorasi dan pembangunan infrastruktur di tengah laut juga meningkat dengan pesat. Akibat dari hal tersebut, shipyard dan offshore sering berebutan tenaga kerja ahli.
“Tenaga pemotongan khususnya welder lagi banyak butuh, minil sertifikasi 3G dibutuhkan di galangan,” paparnya.
Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja, banyak shipyard menyewa subkontraktor untuk mendapatkannya. Khusus di shipyard, dalam pembuatan sebuah kapal terbagi atas sejumlah tahapan atau proyek.
Dalam satu proyek, ada jenjang pekerjaan dari terendah ke yang tertinggi. “Shipyard sering pakai subkon. Kita subkonkan satu projek, dengan posisi-posisi yang sudah terpenuhi, misalnya dari welder, foreman, supervisor, project manager dan lainnya,” paparnya.
Terkait soal gaji, semenjak terbitnya PP 78/2015 tentang Pengupahan, gaji bukan lagi masalah bagi shipyard. “Dengan UMK tidak ada masalah lagi, dengan munculnya PP 78. Tiap perusahaan yang ada saat ini harus punya standar gaji,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Disnaker Provinsi Kepri, Mangara Simarmata mengatakan industri shipyard butuh ribuan tenaga kerja, karena banyak pesanan pembuatan kapal.
“Ini menandakan bisnis shipyard di Batam tengah menggeliat. Sehingga dampaknya diharapkan dapat mendorong tingginya penyerapan tenaga kerja di Batam,” katanya seperti dikutip dari Antara baru-baru ini.
Mangara mengaku pihaknya akan berupaya maksimal memfasilitasi calon tenaga kerja dengan keahlian mumpuni untuk memenuhi permintaan industri galangan kapal di Kota Batam pada tahun 2023.
Ia mengakui jika kondisi saat ini masih terjadi ketimpangan antara keterampilan yang dimiliki pekerja dengan kebutuhan dunia industri tidak cocok.
“Contohnya, pekerja tukang las yang kita rekomendasikan ke industri galangan kapal, tapi ternyata belum memenuhi standar yang dibutuhkan perusahaan,” ujar Mangara.
Hal ini, menurutnya, menjadi pekerjaan besar yang harus diatasi Disnaker Kepri dengan memperbanyak kegiatan pelatihan kerja terhadap calon pencari kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK) maupun Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang tersebar di kabupaten/kota setempat (leo).