Sebagian besar perjalanan di perusahaan aplikasi angkutan berbagi Lyft akan menggunakan mobil otomatis tanpa sopir dalam waktu lima tahun.
DALAM waktu lima tahun ke depan, kita perlu menyiapkan diri untuk berhadapan dengan mobil-mobil robot yang bergerak tanpa supir di jalananan. Kondisi itu juga memaksa kita yang masih mengemudikan mobil sendiri untuk bisa lebih tertib di jalanan. Jika Tidak?
Presiden Lyft –yang juga salah seorang pendiri– John Zimmer mengatakan mobil otomatis akan menjadi lebih murah dibanding memiliki mobil sendiri. Komentarnya disampaikan di tengah makin meningkatnya upaya sejumlah perusahaan untuk mengembangkan mobil tanpa sopir. Lyft sendiri merupakan perusahaan taksi yang dipesan melalui aplikasi di ponsel.
Saat ini, perusahaan tersebut bekerja sama dengan General Motors. Sementara saingannya, Uber, menggandeng Volvo.
Dengan menyebut kendaraan tanpa sopir sebagai ‘revolusi ketiga transportasi’, Zimmer seperti dikutip dari BBC memaparkan tiga tahapan untuk mobil otomatis dalam industri taksi dan berbagi kendaraan.
Dalam waktu dua tahun, mobil yang mengemudi sendiri akan tersedia bagi pengguna Lyft namun hanya di rute-rute tertentu, yang sudah dilengkapi dengan perangkat lunak.
Tahap berikut adalah mobil yang bisa melakukan navigasi sendiri di setiap rute, namun dengan kecepatan maksimal 25 mil/jam atau sekitar 40 km/jam.
Sedangkan tahap ketiga -yang menurut Zimmer akan tercapai sekitar tahun 2021- adalah semua perjalanan dengan Lyft sudah sepenuhnya tanpa pengemudi.
Ketika tahap ketiga sudah tercapai, Zimmer memperkirakan penurunan yang tajam dalam kepemilikan mobil. Setidaknya di kota-kota besar Amerika Serikat. Jika kondisi ini sudah terjadi, dalam waktu singkat trennya akan bergerak di banyak negara untuk kondisi serupa.
Indonesia bagaimana? Sejauh ini memang belum. Namun, negara terdekat kita, Singapura melalui perusahaannya nuTonomy, juga sudah menguji coba taksi tanpa sopir di satu kawasan kota untuk rute yang sudah ditentukan.
Bagaimanapun, untuk saat ini taksi nuTonomy masih ditemani dengan sopir sebagai tindakan berjaga-jaga untuk mengambil alih kemudi jika diperlukan.
Laman CNN Indonesia bahkan sudah menyebut Tahun 2025 sebagai tahun yang diprediksi terjadi penurunan tajam kepemilikan mobil pribadi. Mobil-mobil pribadi akan tergantikan oleh keberadaan mobil tanpa supir.
Laporan Medium yang dikutip oleh Gizmodo menyebut, kepemilikan surat izin mengemudi di kalangan usia muda di kota-kota besar di Amerika Serikat menyoroti penurunan yang sangat tajam. Pada 1983, 92 persen dari kelompok usia 20-24 tahun mengantongil SIM, sedangkan di tahun 2014 hanya menyisakan 72 persen saja.
Pada 1983 pula, kepemilikan SIM di umur 16 tahun berada di angka 46 persen, sedangkan di kelompok yang sama pada 2014 cuma tersisa 24 persen. Secara keseluruhan sekitar 30 persen generasi milenial cenderung tak ingin membeli mobil dibanding generasi sebelumnya.
Selain faktor keengganan kelompok usia muda memiliki mobil, ia juga menuding kepemilikan mobil pribadi berdampak buruk bagi perkotaan dan sebuah pemborosan. Ia mengklaim jaringan otonom merupakan unsur tak terpisahkan bagi masa depan Lyft.
Laporan The New York Times Agustus lalu menyiratkan Lyft sedang mengincar raksasa teknologi seperti Apple, Uber, dan lainnya sebagai investor mereka. Namun dalam laporan itu, General Motors diketahui merupakan calon investor terkuat. Terlebih GM telah menanamkan 500 juta dolar AS di Lyft.
Pekan lalu, Uber secara resmi meluncurkan layanan taksi tanpa supir pertamanya untuk warga Pittsburgh, Pennsylvania, AS. Peluncuran tersebut menjadikan Uber sebagai perusahaan pertama yang memberikan layanan taksi tanpa supir mendahului kompetitornya seperti Alphabet, Baidu, Tesla Motors, dan General Motors.
Nah, bagaimana Indonesia? Apakah kita sudah siap menghadapi era baru berkendara di jalan-jalan raya kita yang padat seperti sekarang? ***