TARI Persembahan, sebuah tradisi yang kaya akan nilai budaya, menjadi ritual penting dalam menyambut tamu agung di masyarakat Melayu. Dikenal juga sebagai Tari Makan Sirih, pertunjukan ini melibatkan 5 hingga 9 penari wanita yang menampilkan gerakan sederhana, berfokus pada tangan dan kaki. Salah satu gerakan khasnya adalah menunduk dengan telapak tangan yang dirapatkan, sebagai tanda penghormatan kepada tamu yang hadir.
Kostum dan Aksesori
PENARI mengenakan baju kurung teluk belanga, pakaian adat yang sering dipakai oleh mempelai perempuan.

Mahkota berhiaskan bunga menghiasi kepala penari, sementara kain songket berwarna cerah melengkapi penampilan mereka, memberikan nuansa khas Melayu yang anggun.
Musik dan Iringan
PERTUNJUKAN ini diiringi oleh alat musik tradisional Melayu, termasuk marwas, biola, gendang, gambus, dan akordion.

Musik akordion menjadi salah satu elemen penting, memberikan nuansa ceria yang menghidupkan suasana. Lirik lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan, seperti “Makan sirih ujunglah ujungan,” menambah makna mendalam dari ritual ini.
Sejarah dan Perkembangan
SEJARAH Tari Persembahan dimulai pada tahun 1957, saat musyawarah di Pekanbaru menjadikan tarian ini sebagai sarana untuk menyambut tamu.

Melalui upaya pembakuan, seniman Riau menciptakan Tari Makan Sirih, yang kini menjadi simbol kehormatan dan persahabatan. Istilah-istilah khusus dalam tari Melayu, seperti igal dan liuk, menjadi bagian penting yang harus dipahami oleh para penari.
Makna Sosial
SIRIH yang dibawa dalam kotak oleh salah satu penari, bukan hanya sekadar benda, melainkan simbol hubungan sosial yang erat. Tamu yang diberi sirih diharapkan untuk memakannya sebagai tanda penghormatan.

Praktik ini mencerminkan kesadaran sosial masyarakat Riau, yang menekankan pentingnya komunikasi dan saling menghargai.
Tari Persembahan bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga sebuah refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Melayu. Melalui gerakan, kostum, dan musiknya, tari ini mengajak kita untuk menghargai hubungan antarmanusia dan melestarikan warisan budaya yang kaya.
(sus)


