KEPALA Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, Musni Hardi mewanti-wanti pemerintah daerah agar berhati-hati dengan gejolak inflasi di akhir tahun.
“Inflasi saat ini masih rendah di sekitar batas bawah. Tapi secara historis, menjelang akhir tahun akan naik,” kata Musni, baru-baru ini.
Di akhir tahun, aktivitas keagamaan seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru) diyakini akan memberikan tekanan kepada harga barang-barang komoditi di pasar.
“Harga cabai dan ayam akan naik. Hasil panen yang turun yang sebabkan inflasi Desember ini. Ada juga isu kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) yang membuat harga minyak goreng naik,” jelasnya.
Untuk mengendalikan tekanan inflasi, BI Perwakilan Kepri bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan berupaya koordinasi, untuk menjaga ketersediaan pasokan, agar tetap lancar.
“Banyak aktivitas masyarakat yang diprediksi meningkat, sehingga permintaan akan naik. Risikonya terkait beberapa komoditas yang harganya pasti meningkat,” terangnya.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Distributor Bahan Pokok Kota Batam, Aryanto mengatakan hampir setiap minggu terjadi kenaikan harga minyak goreng di pasaran Batam.
Apalagi jika stok baru datang, dipastikan harga minyak goreng naik lagi.
“Setiap stok baru datang, maka harga akan naik. Sekarang per 2 liter sudah Rp 34 ribu lebih. Jika ada di bawah itu, berarti itu stok lama,” katanya.
Ia juga menilai, pembatalan larangan penjualan minyak goreng curah oleh Kementrian di pasar Batam tak akan mempengaruhi harga jual minyak goreng.
Karena kenaikan harga minyak goreng bukan dari pabrik atau pengusaha, tetapi memang harga Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah di pasar dunia.
*(rky/GoWestId)