RIBUAN warga, baik dari Batam maupun pulau-pulau sekitarnya, tumpah ruah di Pelabuhan Pancung untuk menyaksikan perlombaan perahu tradisional yang telah menjadi tradisi turun-temurun sejak tahun 1960-an.
Lomba sampan berlayar, ketinting, kiau, dan kolek bukan sekadar ajang adu cepat. Lebih dari itu, acara ini menjadi simbol kuat dari identitas maritim masyarakat Belakangpadang yang telah terjalin sejak zaman nenek moyang. Setiap gerakan dayung, setiap hembusan angin yang menerpa layar, mengisahkan perjuangan dan semangat juang masyarakat pesisir dalam mengarungi lautan.
Pakde Kisno, salah seorang tokoh masyarakat setempat, dengan bangga menceritakan bagaimana lomba perahu ini telah menjadi perekat persatuan dan semangat kebangsaan di kalangan masyarakat. Beliau juga menjelaskan makna filosofis di balik setiap jenis perahu yang dilombakan, yang mencerminkan keberagaman budaya dan adat istiadat masyarakat setempat.
Selain lomba perahu, berbagai kegiatan menarik lainnya juga digelar, seperti pertunjukan seni tradisional, pameran produk UMKM, dan bazar kuliner. Semua ini bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya dan potensi wisata Pulau Belakangpadang.
Kemeriahan peringatan HUT RI di Belakangpadang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat setempat, tetapi juga menarik perhatian wisatawan domestik. Lia, seorang pengunjung dari Batam, mengaku sangat terkesan dengan keramahan masyarakat dan keindahan alam Pulau Belakangpadang. Bagi Lia, perayaan ini adalah kesempatan yang baik untuk memperkenalkan anak-anaknya pada budaya maritim dan semangat nasionalisme.
(sus/antara)