Uang
Warga Miskin di Kepri Tambah Banyak

JUMLAH penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau bertambah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka gini ratio Kepri per September 2017 sebesar 0,359. Angka ini meningkat 0,025 poin dibanding Gini Ratio pada Maret tahun yang sama.
Peningkatan gini ratio ini sejalan dengan peningkatan angka kemiskinan di Kepri. Bank Indonesia (BI) Kepri mencatat pada Maret 2017 angka penduduk miskin Kepri sebanyak 125.370 jiwa atau 6,06 persen dari total penduduk.
Sedangkan pada September 2017 jumlahnya meningkat ke angka 128.462 orang atau 6,13 persen total penduduk.
“Pertumbuhan ekonomi Kepri hanya 2,01 persen (yoy) pada 2017. Sementara angka inflasi para triwulan IV 2017 tercatat 4,02 persen (yoy). Hal ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk miskin di Kepri,” kata Kepala BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra dalam Kajian Pertumbuhan Ekonomi Kepri di Harris Hotel Batam Centre, Rabu (28/2) lalu.
Gusti mengatakan pertumbuhan ekonomi Kepri lima tahun terakhir terus mengalami penurunan.
Pada 2013 angka pertumbuhan ekonomi Kepri tercatat sebesar 7,21 persen (yoy). Kemudian 2014-2017 berturut-turut 6,6 persen (yoy), 6,01 persen (yoy), 5,03 persen (yoy), dan 2,01 persen (yoy).
Meski terus memburuk dalam lima tahun terakhir, BI optimis pertumbuhan ekonomi Kepri pada 2018 akan menguat. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 diperkirakan menguat pada kisaran 2,5–2,9 persen (yoy). Penguatan ini terutama ditopang oleh sektor konstruksi dan perdagangan.
Di sisi lain, angka inflasi Kepri masih tergolong tinggi. Januari 2018 Kepri mencatatkan inflasi 0,88 persen (mtm) atau 4,19 persen (yoy). Inflasi Kepri ini sedikit banyaknya dipengaruhi inflasi yang terjadi di Kota Batam.
Pada Januari 2018 angka inflasi Batam melonjak tinggi. Awal tahun ini inflasi sudah terserap 0,99 persen, dari target inflasi 2018 sebesar 3,50+/-1 persen. Dan inflasi Batam ini berpengaruh besar terhadap inflasi Kepri karena penduduk Kepri sebagian besar tinggal di Batam.
“Inflasi Januari melebihi inflasi rata-rata empat tahun terakhir. Ini jadi warning, karena target kita tahun ini lebih rendah dari tahun lalu 4+/-1 persen. Sekarang sudah terserap 0,99 persen, artinya sampai akhir tahun kita hanya punya tabungan 2,51 persen,” kata Gusti di kesempatan terpisah sebelumnya.
Menurutnya, BPS memprediksi Batam terjadi deflasi di Februari. Namun belum bisa menutupi tingginya inflasi Januari.
“Kita tidak berharap deflasi, memang ada inflasi tapi tidak tinggi seperti itu. Karena kalau deflasi kasihan pelaku usaha juga,” ujarnya.
(*/GoWest.id)