WAPRES Jusuf Kalla (JK) menilai akhir-akhir ini tak sedikit kasus yang justru memancing orang untuk berbicara Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Termasuk pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung surat Al Maidah ayat 51.
JK mengingatkan agar para pemimpin daerah turut menjaga toleransi antar masyarakat dengan berhati-hati dalam tindakan dan perkataan.
Ia bahkan menyamakan Ahok dengan calon Presiden Amerika dari Partai Republik, Donald Trump.
Menurut JK, jumlah pemilih Trump saat ini menurun karena sikap dan perilakunya yang sering menimbulkan kontroversi dengan memberikan tudingan-tudingan. Cara berbicara Trump yang tak berhati-hati menyebabkan masyarakat enggan untuk memberikan suaranya.
“Ini etika, etika, jadi ya, mulut mu harimaumu. Itu saja masalahnya, masalah Jakarta itu. Saya kira seluruh di Indonesia orang tidak setuju memilih pemimpin yang berbeda agama, iya bahwa orang tidak senang pasti, bukan hanya di sini. Di Amerika butuh 240 tahun baru orang hitam bisa jadi presiden, butuh 175 tahun di Amerika baru orang Katolik jadi presiden, 175 tahun baru Kenedy jadi presiden, seluruh calon katolik gagal, jadi soal agama itu bukan soal pilihan. Berarti sekarang kita tidak Pancasila Indonesia ini, begitu anda mau? Karena presidennya bukan non-Islam maka tidak Pancasilais, saya tersinggung,” ucapnya, Jumat (21/10) dikutip dari REPUBLIKA.
Ia pun meminta agar masyarakat, khususnya para pemimpin berhati-hati dalam bersikap dan memberikan pernyataan. Sikap toleransi, lanjut dia, harus ditumbuhkan di dalam masyarakat.
Etika seorang pemimpin pun harus dijaga. Sehingga sikap saling menghina satu sama lain tak lagi terjadi. Selain itu, menurut dia, persoalan agama pun tidak dapat dibawa ke dalam masalah politik. ***