DATA terbaru dari pengembang vaksin covid 19 merk Moderna menunjukkan bahwa proteksi yang diberikan oleh vaksin COVID-19 akan melemah seiring berjalannya waktu. Kesimpulan itu mereka dapatkan dalam uji berskala besar baru-baru ini.
Dalam studi, mereka yang disuntik vaksin COVID-19 13 bulan lalu memiliki tingkat terinfeksi lebih tinggi dibanding mereka yang disuntik delapan bulan lalu.
Hal itu terlihat dari jumlah kasus yang muncul.
162 kasus muncul dari kelompok vaksinasi 13 bulan lalu sementara 88 kasus untuk kelompok vaksinasi 8 bulan lalu. Dari semua kasus itu, hanya 19 kasus yang tergolong parah.
Studi yang dilakukan Moderna belum menjalani peer review. Walau begitu, Moderna berargumen bahwa temuan tersebut mendukung pemikiran bahwa dosis ketiga (booster shot) memang diperlukan untuk memberikan perlindungan ekstra.
“Ini baru satu estimasi, namun kami meyakini bahwa pada musim gugur dan musim dingin nanti bakal ada 600 ribu kasus baru soal menurunnya immunitas,” ujar Presiden Moderna, Stephen Hoge, dalam keterangan persnya, dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 16 September 2021.
Hoge tidak menyampaikan proyeksinya soal akan ada berapa kasus parah akibat menurunnya proteksi vaksin COVID-19. Walau begitu, ia mengatakan bakal ada kasus di mana pasien harus dibawa ke rumah sakit. Oleh karenanya, ia mendukung penyuntikkan dosis ketiga.
Moderna diketahui sudah mengajukan aplikasi penyuntikan booster shoot ke Badan Regulator Obat-obatan dan Makanan Amerika (FDA) pada 1 September lalu. Menurut hasil studi booster shot Moderna, kemampuan antibodi bisa lebih tinggi dibanding setelah menerima dosis kedua vaksin COVID-19.
“Kami mempercayai booster shot akan mengurangi kasus vaksin COVID-19. Kami juga menyakini booster shot bisa meningkatkan imunitas hingga tahun depan sembari kita berupaya mengendalikan pandemi.”
“Perlindungan awal (enam bulan) dari vaksinasi penuh bagus, namun kita tidak boleh bertaruh itu akan terus stabil hingga tahun depan dan sesudahnya,” ujar Hoge menegaskan.
Data yang diberikan Moderna kontras dengan hasil berbagai studi terbaru yang justru menyebut vaksin mereka memberikan perlindungan paling panjang. Hal itu termasuk apabila vaksin COVID-19 Moderna dibandingkan dengan vaksin dari Pfizer – BioNTech yang memiliki efikasi relatif sama.
Menurut laporan Reuters, sejumlah ahli mengatakan bahwa perbedaan yang muncul bisa karena beberapa faktor. Salah satunya adalah lebih besarnya dosis messenger RNA (mRNA) pada vaksin Moderna.
Selain itu, juga bisa karena faktor lebih panjangnya durasi penyuntikan dosis pertama dan kedua untuk vaksin Moderna.
(*)
Sumber : ISTMAN MP | REUTERS | TEMPO