- Nama : Encik M. Apan/ Muhammad Apan
- Jabatan : Bupati ke-1 kabupaten Kepulauan Riau. (sebelum pemekaran wilayah Kepulauan Riau sebagai provinsi)
- Masa Jabatan: 15 Mei 1954 – 31 Juli 1955
ENCIK M. Apan merupakan Bupati kabupaten Kepulauan Riau (kini menjadi kabupaten Bintan, pen) pertama. Ia menjabat mulai 15 Mei 1954 – 31 Juli 1955.
Ia merupakan bupati kepala daerah tingkat II yang pertama di wilayah tersebut. Selama masa jabatannya, Encik M. Apan berperan dalam pengembangan awal pemerintahan daerah di Kepulauan Riau di awal-awal masa kemerdekaan Indonesia.
Di masa jabatannya, kabupaten Kepulauan Riau masih masuk dalam wilayah provinsi Sumatera Tengah yang beribukota di Bukit Tinggi. Gubernur Sumatera Tengah saat masa jabatan Encik M. Apan di kabupaten Kepulauan Riau adalah Ruslan Muljohardjo yang menjabat sebagai gubernur Sumatera Tengah kedua pada rentang 1951 – 1958.
Encik M. Apan, dikenal juga sebagai Muhammad Apan, sebelumnya menjabat sebagai ketua Dewan Riau (Riauw Raad) di tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia. Dewan Riau (Riauw Raad) merupakan sebuah lembaga dewan rakyat yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda, di tengah dinamika politik paska proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
Sebuah laporan berita dari The Straits Times Singapura terbitan bulan Mei 1948, Muhammad Apan yang saat itu berada di Singapura untuk mengantarkan salah satu anggota dewan Riau asal Belanda pulang kembali ke negerinya, menyebut rakyat Riau gembira dengan status otonom yang ada.
Kehidupan Pribadi
ENCIK Muhammad Apan atau Muhammad Apan berasal dari pulau Penyengat. Leluhurnya secara turun temurun menjabat sebagai Syahbandar di zaman kolonial Belanda. Ayahnya bernama Encik Mohammad Cik Ibni Datik Syahbandar Encik Ibrahim.
Sejarahwan Kepri, Aswandi Syahri mencatat, Muhammad Apan bekerja sebagai seorang G.A.I.B (pegawai pemerintah kolonial Belanda yang memegang kuasa atas pribumi) di kantor residen Riaow di Tanjungpinang pada dekade 1930-an. Ia juga pernah bekerja di kantor residen Riauw di pulau Penyengat.
Pada awal proklamasi kemerdekaan, Muhammad Apan punya peran yang tidak sedikit sebagai tokoh pergerakan dari Kepulauan Riau. Ia dipercaya memegang posisi sebagai ketua Dewan Rakyat Riau (Riauw Raad).
Berita District Van Bintan
MERUPAKAN sebuah kajian tentang perkembangan adat dan sosio politik masyarakat Kepulauan Riau (Riauw Archipelago, pen) yang ditulis oleh Muhammad Apan saat ia bertugas sebagai pegawai pemerintah kolonial Belanda di tahun 1934.
Naskah tersebut berbentuk laporan penelitian. Muhammad Apan menyebut laporannya sebagai penyelidikan dengan tujuan untuk menjelaskan perihal adat dan struktur sosial politik di district Bintan. Wilayah yang disebut district Bintan sesuai penyelidikannya meliputi : Seluruh wilayah pulau Bintan, pulau Rempang, pulau Galang, pulau Karas, pulau Abang, pulau Mantang, pulau Kelong, pulau Mepar dan lain sebagainya.
Budayawan dan Sejarahwan Hasan Junus dalam katalog tentang Naskah dan Buku Buku lama Riau Lingga (1998 – Tidak terbit) memperkirakan Berita District Van Bintan ditulis untuk kepentingan promosi kenaikan pangkat penulisnya. Perkiraan ini tidak salah mengingat saat menulis “penyelidikannya”, Muhammad Apan bertugas sebagai seorang pegawai pemerintah Kolonial Belanda yang bertugas di Tanjungpinang.
Laporan “Berita District Van Bintan” oleh Muhammad Apan ini banyak memanfaatkan sumber sejarah Melayu seperti hikayat-hikayat, manuskrip sejarah raja-raja Bugis, arsip-arsip dan surat perjanjian antara kerajaan Riau Lingga dan Pemerintah kolonial Belanda (Muhammad Apan menyebutnya sebagai : ‘Firman-Firman’). Ia juga mewawancarai sedikitnya 24 orang untuk laporan penyelidikannya tersebut.
Ia tidak hanya mewawancarai para elit kerajaan di pulau Penyengat seperti Raja Haji Ahmad, Raja Haji Sulaiman (Imam masjid Penyengat kala itu, pen), Encik Tahir (bekas kepala Balai Penyengat) dan Said Muhammad (Bekas penghulu Sembetap Pawai Raja). Tapi juga mewawancarai para tokoh dan tetua suku dan orang laut seperti Batin Kundang di Sebong Pereh, Munsa juru di Pelangka, Hakim Tjabuk di pulau Mantang, Batin Uyub di Kelong (Bintan), Batin Busu di Teluk Bakau (Bintan), Batin Dagang di pulau Karas dan Batin Ogek di pulau Mantang.
“Sebagai sebuah penelitian ilmiah, Berita District Van Bintan adalah bahan sumber yang kaya dan penting bagi siapa saja yang bertekun-tekun meneliti aspek hukum, adat dan sistem pemerintahan tradisi dalam masyarakat Kepulauan Riau di masa lalu”, sebut Aswandi Syahri.
(ham)
Terimakasih sudah memberikan informasi yang bermanfaat ini…
Sebaiknya di sebarluaskan di group WA juga….
Agar yang lain juga bisa tau sejarahnya.
Terimakasih kembali. Silahkan disebarkan jika ini bermanfaat, salam 🙏