DENGAN suara terbata-bata, Damanhuri, pria asal Jawa Barat, maju ke depan dan mengucapkan rasa syukur karena telah pulang ke Tanah Air pada Selasa (18/3). Ia bersama ratusan warga negara Indonesia lainnya berhasil dipulangkan dalam kloter pertama repatriasi dari Myawaddy, Myanmar.
KEMENTERIAN Luar Negeri bersama instansi terkait, seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Interpol, serta Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, berhasil memulangkan seluruh 554 warga Indonesia dalam operasi penyelamatan dari wilayah konflik Myawaddy, Myanmar.
Pemulangan ini menjadi yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir terkait kasus penipuan daring dan judi daring lintas negara.
“Saya tidak bisa berkata-kata lagi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami pulang ke Tanah Air,” ujar Damanhuri dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Damanhuri juga mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dalam mencari pekerjaan, terutama melalui media sosial.
“Jangan sembarangan berteman di media sosial karena kami adalah korban dari sana,” katanya.
Peringatan serupa disampaikan oleh EG, pria asal Jawa Tengah.
“Jangan seperti kami. Jika ingin bekerja di luar negeri, harus benar-benar memastikan jenis pekerjaannya. Jangan sampai menjadi korban penipuan,” ujar EG, yang menolak memberikan nama lengkapnya dengan alasan privasi.
Sebanyak 554 warga Indonesia—terdiri dari 429 laki-laki dan 105 perempuan—dipulangkan dalam tiga tahap melalui Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand.
Kloter pertama dan kedua, yang terdiri dari 400 orang, dijadwalkan tiba di Jakarta pada 18 Maret 2025 pukul 09.00 dan 11.00 WIB.
Sementara itu, 154 sisanya masih dalam proses evakuasi ke Mae Sot dan direncanakan tiba di Jakarta pada pagi hari 19 Maret 2025.
“Seluruhnya dalam kondisi sehat. Lima perempuan sedang hamil. Mereka berasal dari 21 provinsi, dengan daerah asal terbanyak dari Sumatra Utara, Bangka Belitung, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Thailand, Rachmat Budiman, yang memimpin langsung pemulangan ke Jakarta.
Ia menambahkan, 400 orang yang telah dipulangkan sebelumnya diseberangkan ke Kota Mae Sot di Thailand melalui 2nd Friendship Bridge. Meski tidak ada rintangan atau gangguan dari kelompok pemberontak, Rachmat mengatakan bahwa pemulangan ini dilakukan secara senyap setelah bertahun-tahun melakukan pendekatan dengan pemerintah setempat.
Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, ratusan warga Indonesia itu menempuh perjalanan darat selama sembilan jam menggunakan sembilan bus menuju Bandara Don Mueang, Bangkok.

Myawaddy merupakan wilayah perbatasan Thailand dan Myanmar yang menjadi pusat operasi perusahaan penipuan daring. Daerah ini juga termasuk wilayah konflik yang dikuasai oleh kelompok bersenjata.
Menkopolhukam Budi Gunawan mengatakan bahwa operasi penyelamatan ini melibatkan kerja sama dengan beberapa otoritas negara sahabat, seperti China dan Thailand, dan dilakukan secara diam-diam.
“Selama mereka bekerja di markas sindikat penipuan daring ini, para korban yang merupakan pekerja WNI mengalami berbagai bentuk tekanan dan kekerasan fisik, seperti pemukulan, penyetruman, hingga ancaman pengambilan organ tubuh jika tidak mencapai target,” kata Budi Gunawan.
Selain itu, mereka juga dilarang berkomunikasi dengan pihak luar, termasuk keluarga. “Awalnya mereka tergiur karena diiming-imingi gaji besar sekitar Rp15 juta per bulan,” ujarnya.
Setibanya di Indonesia, para korban akan ditampung di Wisma Haji Pondok Gede selama tiga hari. Di sana, mereka akan menerima bantuan logistik, pelayanan kesehatan, dan dukungan psikososial dari pemerintah guna memulihkan kondisi fisik dan mental sebelum kembali ke daerah masing-masing.
“Mereka juga akan menjalani asesmen untuk memastikan apakah benar-benar korban atau justru bagian dari jaringan pelaku. Korban yang memenuhi syarat akan mendapat bantuan hukum, sementara bagi pelaku akan diproses secara hukum,” ujar Budi.
Menteri Luar Negeri Sugiono menjelaskan bahwa proses penyelamatan ini menghadapi berbagai tantangan karena dilakukan di wilayah konflik Myanmar.
“Situasinya sangat kompleks dalam mengevakuasi warga Indonesia. Ada berbagai faksi dan kepentingan di Myawaddy. Koordinasi yang dilakukan tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengevakuasi mereka,” kata Sugiono.
Ia mengimbau masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri agar tidak mudah tergiur janji yang tidak jelas dan selalu menggunakan jalur resmi yang legal serta dapat dipertanggungjawabkan.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri telah berhasil memulangkan 92 orang pada tahun 2024 dan 174 orang pada Januari–Februari 2025. Sejak 2020 hingga kini, Kemenlu telah menangani lebih dari 6.800 kasus serupa di 10 negara tujuan.