- Nama : Pulau Siantan
- Lokasi : Koordinat 3°10′0″LU, 106°15′0″BT
- Tata Pemerintahan : Masuk wilayah kabupaten Kepulauan Anambas
- Luas : 105,98 km²
PULAU Siantan terletak di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Merupakan pulau terbesar dan paling vital di daerah tersebut. Dengan luas mencapai 105,98 km², pulau ini dibagi menjadi empat kecamatan: Siantan, Siantan Selatan, Siantan Tengah, dan Siantan Timur. Ibu kota kabupaten, Tarempa, juga berada di pulau ini.
Secara geografis, Pulau Siantan berada di selatan Pulau Matak, dipisahkan oleh selat dengan lebar bervariasi antara 0,78 hingga 6,5 km. Perjalanan menuju pulau ini dari Bandara Matak dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit menggunakan perahu cepat. Kendati penduduknya cukup padat, infrastruktur di pulau ini terbilang memadai. Teluk Tarempa berfungsi sebagai pelabuhan utama dengan kedalaman lebih dari 20 meter, memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar.
Pulau Siantan dikelilingi oleh beberapa pulau kecil, sebagian di antaranya berpenghuni. Terdapat pula dua air terjun yang menarik, yaitu Air Terjun Temurun di Siantan Timur dan Air Terjun Air Bini di Siantan Selatan.
Catatan Sejarah Pulau Siantan
SEJARAH mencatat bahwa Pulau Siantan pernah menjadi pusat aktivitas bajak laut dan tempat pelarian politik pada abad ke-18. Wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kesultanan Johor, yang merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka. Berbagai etnis menghuni pulau ini, termasuk Melayu, Bugis, dan Tionghoa, serta masyarakat Orang Laut yang telah lama menetap.

Letaknya yang strategis menjadikan Siantan sebagai jalur perdagangan internasional yang ramai, sehingga tidak jarang kapal-kapal asing dan lokal singgah di sini. Keramaian jalur perdagangan ini juga memicu munculnya aksi perompakan oleh para bajak laut, yang sudah ada sejak sebelum abad ke-18.
Dalam buku “Suma Oriental” karya Tome Pires, disebutkan bahwa perompakan di Laut Cina Selatan sudah terjadi pada abad ke-16, dengan para bajak laut berkumpul di Jemaja untuk menjual hasil rampasan mereka.
Bajak laut di Siantan dan sekitarnya terus beroperasi hingga abad ke-21. Selain sebagai pusat perdagangan, pulau ini juga menjadi tempat pelarian bagi penguasa yang kalah dalam perebutan kekuasaan, seperti Raja Alam dari Kesultanan Siak dan Pangeran Anom dari Kesultanan Palembang.
Masyarakat di pulau Siantan
DALAM konteks asal-usul masyarakat Siantan, pulau ini memiliki sejarah panjang sebagai jalur perdagangan yang penting. Sejak abad ke-18, pulau-pulau di Laut Cina Selatan menjadi tempat persinggahan bagi para pedagang. Penduduk asli Siantan terdiri dari berbagai kelompok, termasuk orang Kamboja, tawanan dari Semenanjung Malaya, orang Brunei, dan penduduk dari Kerajaan Jambi.

Nama “Siantan” sendiri diyakini berasal dari “Siang Tan,” merujuk pada wilayah di Cina bagian selatan, terkait dengan tokoh bernama Lim Tau Kian, yang melarikan diri ke pulau ini saat terjadi perang di daerah asalnya.
Bajak laut di kawasan ini juga banyak dibahas dalam cerita rakyat dan arsip pemerintah Kolonial Belanda, menunjukkan bahwa aktivitas perompakan telah lama menjadi bagian dari sejarah Siantan.
Saat ini, Tarempa di Pulau Siantan merupakan salah satu wilayah paling ramai di Kepulauan Anambas, dengan penduduk yang majemuk dari berbagai suku, termasuk Melayu, Minang, dan Tionghoa. Masyarakat sehari-hari menggunakan bahasa Melayu dan mayoritas bermukim di rumah panggung dengan pemandangan laut yang indah. Sebagian besar mata pencaharian mereka bergantung pada sektor perikanan.
(ham)


