PEMERINTAH Kota Batam melalui Dinas Perikanan terus berupaya meningkatkan produktivitas di sektor perikanan budidaya dengan menerapkan teknologi bioflok. Sistem budidaya ikan ini dinilai lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Kepala Dinas Perikanan Batam, Yudi Admajianto, mengungkapkan bahwa program bantuan bioflok saat ini tengah dalam proses finalisasi. Sebanyak 137 unit bantuan bioflok direncanakan akan dibangun dan ditargetkan selesai pada November 2025.
“Proses telah dimulai, termasuk pemilihan penyedia, verifikasi calon penerima, hingga survei lapangan. Kami berharap sistem ini segera dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya ikan di Batam,” kata Yudi.
Teknologi bioflok menggunakan mikroorganisme organik untuk menjaga kualitas air, memungkinkan ikan tumbuh dengan baik tanpa perlu sering mengganti air kolam. Selain ramah lingkungan, sistem ini juga dapat mengurangi biaya pakan hingga 30 persen dan meningkatkan kepadatan ikan dalam satu kolam.
“Dengan bioflok, pembudidaya dapat lebih hemat dan hasil panen lebih stabil. Teknologi ini sangat cocok untuk wilayah seperti Batam yang memiliki lahan terbatas namun kebutuhan ikan yang tinggi,” tambah Yudi.
Program ini tidak hanya difokuskan pada budidaya lele, tetapi juga mencakup ikan air tawar lainnya seperti nila dan patin. Pemerintah berharap penerapan teknologi ini dapat memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat pesisir serta pembudidaya kecil di berbagai kecamatan.
Dalam perkembangan lainnya, tren produksi ikan budidaya di Batam menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dinas Perikanan mencatat produksi lele mencapai 258.583 kilogram pada Agustus, dan meningkat menjadi 261.173 kilogram pada September 2025.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang masing-masing tercatat 176.042 kilogram dan 184.713 kilogram.
Yudi menjelaskan bahwa kenaikan produksi ini dipicu oleh stabilitas situasi di lapangan serta dukungan pemerintah melalui bantuan pakan, bibit, dan pendampingan teknis.
“Tahun lalu banyak pembudidaya yang menahan diri karena ketidakpastian. Kini mereka kembali aktif, dan hasilnya sangat menggembirakan,” ujarnya.
Implementasi sistem bioflok diharapkan dapat memperkuat capaian positif tersebut, terutama dalam mendukung produksi ikan air tawar yang berkelanjutan di Batam. Selain meningkatkan efisiensi produksi, teknologi ini juga berkontribusi pada pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
“Visi kami adalah menjadikan Batam sebagai kota maritim modern yang mampu mengelola sumber daya perikanan dengan pendekatan teknologi yang ramah lingkungan,” kata Yudi.
(sus)