PEMERINTAH Kota Batam, melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), akan meluncurkan program “Satu Harga Satu Pasar” pada Agustus 2025. Inisiatif ini bertujuan untuk menyamakan harga kebutuhan pokok di 54 pasar tradisional yang aktif, serta mengurangi disparitas harga antarwilayah yang sering terjadi.
Kepala Disperindag Batam, Gustian Riau, menyatakan bahwa program ini akan memperkuat sistem distribusi bahan pokok dengan menjalin kemitraan langsung dengan daerah penghasil. Dalam fase awal, Batam akan bekerja sama dengan beberapa daerah, termasuk Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara, dan Aceh Meriah.
“Proyek ini bersifat nasional dan kami menyebutnya: satu harga, satu pasar, satu jenis,” kata Gustian.
Menurut Gustian, tiga komoditas utama—cabai, telur, dan kentang—akan dijadikan harga patokan di seluruh pasar di Batam, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Skema ini telah dibahas dengan Kementerian Perdagangan, dan jika sukses, akan diterapkan di seluruh Indonesia.
Dalam sistem ini, distributor akan berkolaborasi langsung dengan petani, menghindari tengkulak atau pasar antara. Barang akan dikirim langsung ke Batam dan disalurkan ke pasar oleh koordinator yang ditunjuk.
“Setiap pasar akan memiliki koordinator untuk memastikan distribusi berjalan lancar. Distributor akan mengantarkan komoditas setiap pagi ke pasar, sehingga harga di seluruh Batam akan seragam,” tambahnya.
Dengan metode distribusi ini, biaya tambahan yang biasanya dibebankan kepada pedagang dan konsumen, seperti ongkos angkut, akan dihilangkan. Distributor akan menanggung biaya tersebut, sehingga harga jual dapat lebih stabil dan terjangkau.
Sebagai langkah awal, nota kesepahaman akan ditandatangani dengan beberapa kepala daerah penghasil pada 16 Juni mendatang. Gustian menekankan bahwa jika program ini berhasil, jenis komoditas dan daerah mitra akan diperluas.
Saat ini, Batam memiliki 54 pasar tradisional yang akan menjadi fokus program ini. Dengan pengawasan ketat dari pengelola pasar, diharapkan stabilitas harga dan ekosistem perdagangan lokal yang sehat dapat tercapai.
Gustian optimis bahwa “Satu Harga Satu Pasar” akan menjadi solusi efektif untuk mengendalikan inflasi dan meningkatkan efisiensi rantai pasok pangan. Ia menambahkan bahwa jika sistem ini berhasil, model distribusi ini akan diusulkan sebagai inovasi nasional dalam pengelolaan perdagangan pangan.
“Insya Allah, kami akan merealisasikannya paling lambat Agustus. Kami ingin Batam menjadi contoh untuk pengelolaan pasar tradisional yang modern dan berpihak kepada masyarakat,” tutupnya.
(sus)