MENTERI Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) membantah persoalan minyak goreng disebabkan oleh adanya mafia yang mengakibatkan tingginya harga minyak goreng. Hal itu disampaikan Zulhas saat berada di Istana Negara pada Senin (20/6/2022).
Namun pernyataan Zulhas itu berbeda dengan pendahulunya, Muhammad Lutfi mengenai pandangan soal mafia minyak goreng. Lutfi, ketika masih menjabat Mendag pernah mengatakan kecurigaannya terhadap permainan mafia di balik minyak goreng langka dan mahal.
Praktik mafia minyak goreng itu sendiri awalnya diungkap Lutfi saat menghadiri rapat dengan Komisi VI DPR sebagai Mendag pada Maret lalu.
Akan tetapi, menurut Zulhas, kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng bukan ulah mafia. Ia menyebut kelangkaan terjadi karena harga pasaran internasional naik. Pada saat yang sama, pemerintah gagal mengantisipasi hal itu.
“Saya kira tidak mafia. Ini kan ada kenaikan harga booming. Teman-teman punya CPO langsung jual cepat. Nah, ada keterlambatan kita antisipasi,” kata Zulkifli saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/6/2022).
Dia menganggap hal itu biasa terjadi dalam perdagangan. Baginya, ada pihak yang mendapatkan keuntungan besar dalam suatu kejadian adalah hal biasa.
Ketua Umum PAN itu mengaku saat ini sudah menemukan sumber permasalahan minyak goreng. Dia berjanji akan membereskan permasalahan ini dalam beberapa waktu ke depan.
“Saya sudah tahu sebab-sebabnya, sudah kami perbaiki, sudah ada jalan keluarnya. Sebulan, dua bulan beres Insya Allah,” ucapnya.
Pernyataan Zulhas itu juga berbeda dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pertengahan bulan lalu. Saat itu, Jokowi menyebut ada pihak yang mencari untung dalam kasus kelangkaan minyak goreng.
Jokowi memerintahkan aparat penegak hukum memproses dugaan penyelewengan distribusi dan produksi minyak goreng. Dia juga ingin proses hukum segera berjalan.
“Saya tidak mau ada yang bermain-main yang dampaknya mempersulit rakyat, merugikan rakyat,” ungkap Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/5) lalu.
(*)
sumber: CNN Indonesia.com | detik com