KAMU tergolong orang yang sering membuat lelucon tentang diri sendiri? Ini kabar baik. Artinya, kamu lebih sehat secara psikologis.
Begitulah kesimpulan penelitian baru dari Mind, Brain and Behaviour Research Centre University of Granada yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences.
Peneliti menggunakan sampel 1.068 orang dewasa yang berusia 18 sampai 65 tahun di lima studi berbeda.
Mereka menganalisis jenis humor menggunakan versi Spanyol dari Humour Styles Questionnaire yang terdiri dari 32 item. Kuesioner ini pertama kali dikembangkan pada 2003 oleh Rod Martin dan Patricia Doris.
Para periset menemukan bahwa individu yang sering melontarkan humor mencela diri sendiri menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi.
Hasil ini cukup menarik, sebab di satu sisi juga bertentangan dengan literatur penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa humor semacam ini berhubungan dengan efek psikologis negatif.
“Kami telah mengamati bahwa kecenderungan yang lebih besar untuk melontarkan lelucon yang mencela diri sendiri menunjukkan nilai tinggi dalam dimensi kesejahteraan psikologis seperti kebahagiaan, dan pada tingkat yang lebih rendah, keramahan,” kata Jorge Torres Marin dalam siaran persnya.
Marin adalah salah satu peneliti UGR dalam penelitian tersebut.
Marin memaparkan, hasil ini selain konsisten dengan konotasi positif yang secara tradisional dikaitkan dengan aksi ‘menertawakan diri sendiri’ di AS, juga menunjukkan bahwa efek humor yang mengorbankan diri terhadap kesejahteraan mungkin berbeda tergantung pada tempat penelitian berlangsung.
Oleh karena itu, peneliti meyakini perlu dilakukan penelitian lagi untuk menganalisis potensi perbedaan budaya dalam penggunaan jenis humor seperti ini. Sebab, humor adalah sesuatu yang berbeda dalam berbagai budaya. Selain itu, apa yang orang anggap lucu juga senantiasa berubah.
Bagaimanapun para peneliti memperhitungkan studi mereka sesuai dengan salah satu model teoretis yang bertujuan untuk mengatasi keterbatasan tersebut.
![](http://gowest.id/wp-content/uploads/2018/02/16491240370_bbdea2555b_o-768x432.jpg)
“Hal ini memungkinkan kita untuk membedakan kecenderungan perilaku yang berbeda terkait dengan penggunaan humor sehari-hari, yang dapat diklasifikasikan lebih dalam lagi dengan memusatkan perhatian pada sifat adaptif ketimbang sifat merugikannya,” kata rekan penulis penelitian Hugo Carretero Dios.
Pada dasarnya, apa yang peneliti temukan adalah bahwa humor mencela diri sendiri adalah gaya humor adaptif yang bertujuan untuk memperkuat hubungan sosial. Jenis humor inilah yang dikaitkan dengan indikator kesejahteraan psikologis positif seperti kebahagiaan, kepuasan hidup dan harapan.
Namun, dilansir Psych Central, tetap saja ada sisi negatifnya. Humor yang mencela diri sendiri juga ada kaitannya dengan kecenderungan yang lebih besar untuk menahan marah dengan cara tidak sehat yang alih-alih memicu perilaku pasif-agresif.
Seperti dicatat penulis riset Navarro-Carrillo, hasil menunjukkan bahwa bahkan ketika humor dilontarkan dengan maksud baik, sesungguhnya dapat merepresentasikan strategi untuk menutupi intensi negatif.
Maksudnya lewat humor, individu yang memiliki nilai kejujuran lebih rendah dapat membangun rasa percaya dan kedekatan dengan orang lain kemudian menggunakan informasi penting untuk memanipulasi atau mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang.
![](http://gowest.id/wp-content/uploads/2018/02/man-laughing.jpg.838x0_q80.jpg)
Di sisi lain, hasilnya dalam hal hubungan antara penggunaan humor dan manajemen kemarahan menunjukkan bahwa kapasitas untuk mempertahankan perspektif lucu dalam situasi buruk, sering kali jadi ciri orang-orang yang bisa mengelola marah secara lebih efektif.
Teknik humor mencela diri sendiri juga digunakan oleh mereka yang punya kecenderungan lebih rendah untuk marah.
Sebaliknya, orang yang cenderung menggunakan humor sejenis tidak dapat mengelola marah dengan baik. Secara khusus, humor mencela diri sendiri terutama dikaitkan dengan ekspresi kemarahan terhadap orang lain dan kecenderungan yang lebih besar untuk merasa marah dalam kehidupan sehari-hari.
Lewat humor agresif, individu mungkin mengekspresikan perasaan negatif secara lebih tidak eksplisit daripada jika mereka melakukan penghinaan fisik atau verbal, karena mereka dapat mengarahkannya pada sifat humor dari komentar yang mereka buat sebagai pembenaran.
Sementara itu, humor yang mencela diri sendiri dikaitkan dengan kecenderungan yang lebih besar untuk menahan marah. Namun, sikap ini tidak berarti bahwa kemarahan yang ditujukan pada orang lain berkurang atau dapat dikendalikan. Melainkan, pemicu yang memantik reaksi marah disembunyikan atau tidak dinyatakan secara eksplisit.
Sumber : eurekalert.org / psychcentral / sciencedirect / independent / beritagar