SEBULAN lalu, seorang perempuan asal Skotlandia menjadi terkenal karena kemampuannya mendeteksi penyakit Parkinson, hanya dengan mencium aroma baju kaos para penderita penyakit tersebut.
The Telegraph memberitakan bahwa saat Les Milne didiagnosis menderita penyakit Parkinson pada usia 45 tahun, istrinya, Joy Milne, mengaku telah mencium perubahan bau tubuh suaminya sejak 12 tahun sebelumnya. Akan tetapi dia tidak menyadarinya ketika itu.
Ketika pertama kali mencium aroma seperti kayu-kayuan atau musky, Joy menyarankan agar suaminya mandi atau menggosok giginya lebih bersih. Tentu saja saat itu suaminya tidak mencium aroma tersebut dan berkeras kalau dirinya sudah mandi sampai bersih.
Joy Milne, yang juga merupakan mantan perawat, tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Dia lebih sibuk memikirkan masalah yang lebih membuatnya tertekan, yaitu perubahan kepribadian suaminya secara cepat.
“Dia bukan seperti orang yang saya kenal sejak saya berusia 16 tahun,” kenangnya. “Sekitar delapan tahun sebelum dia didiagnosis, dia mulai mengalami perubahan suasana hati, terkadang kemarahannya meledak tiba-tiba yang membuat saya takut akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.”
Beberapa tahun kemudian, Joy menyadari bahwa aroma tubuh suaminya bukanlah satu-satunya. Ketika dia berada di ruangan yang penuh dengan pasien Parkinson, Joy menyadari bahwa mereka mengeluarkan bau yang sama.
Ketika Joy Milne menceritakan pengalamannya kepada peneliti dari Edinburgh University, Dr. Tilo Kunath, dirinya diminta untuk menjalani serangkaian tes.
Joy diberikan 12 lembar baju kaos untuk dicium, 6 lembar pernah dikenakan oleh pasien Parkinson, sementara 6 lembar lainnya oleh mereka yang tidak mengalami penyakit tersebut.
Hasilnya, Joy dapat mengidentifikasi dengan tepat keenam baju yang dikenakan oleh para pasien Parkinson, tetapi juga mencium aroma yang sama pada satu baju yang dikenakan oleh seseorang yang tidak terkena Parkinson.
Tiga bulan setelah tes penciuman itu, Joy mendapat kabar bahwa orang tersebut terkena Parkinson.
Dr. Kunath mengatakan kepada BBC bahwa Joy Milne dapat mengidentifikasi seseorang terkena Parkinson sebelum orang tersebut, juga orang lain, mengetahuinya. “Lalu saya mulai memercayainya, bahwa dia dapat mendeteksi Parkinson dari aroma yang terdapat pada kaos yang dikenakan orang dengan Parkinson.”
Dr. Kunath telah meminta bantuan seorang ahli analisis kimia dari Manchester University, Profesor Perdita Barran, untuk mencoba mengisolasi molekul-molekul yang membentuk bau yang bisa tercium oleh Joy.
Profesor Barran dan timnya kemudian mengumpulkan sampel dari para pasien dengan Parkinson dan sebuah grup kontrol yang tidak mengalami Parkinson, untuk melihat apakah ada molekul khusus yang hanya dimiliki oleh pasien Parkinson.
Kemudian sampel tersebut dimasukkan ke dalam spektrometer massa, suatu alat yang mengisolasi dan menimbang molekul individual.
Hasilnya menunjukkan terdapat 10 molekul yang khas pada penderita Parkinson
Bagaimana seseorang dapat mencium aroma orang yang sakit?
Valerie Curtis, seorang peneliti masalah kesehatan di London School of Hygiene and Tropical Medicine, dalam wawancaranya dengan National Geographic mengatakan bahwa siapapun yang memiliki indera penciuman yang sehat, dapat belajar mengenali “bau orang sakit”.
“Manusia sangat ahli dalam mendeteksi penyakit,” katanya.
“Tanda-tanda sakit adalah beberapa hal yang dianggap paling menjijikkan,” jelas Curtis. Jijik adalah cara kita menghindari hal-hal yang dapat “membahayakan” kita.
“Jadi hal itu hanya mengubah kesadaran kita, sampai kita dapat menggunakan hidung untuk mengenali penyakit,” ujarnya.
Orang sakit mengeluarkan bau yang berbeda, karena pada dasarnya tubuh kita terus menerus mengeluarkan zat-zat yang menguap ke udara, melalui nafas ataupun pori-pori. Aroma tersebut bervariasi tergantung usia, makanan yang dikonsumsi atau apakah penyakit itu telah mempengaruhi metabolisme tubuh kita.
Mikroba yang hidup di dalam usus dan kulit kita juga berkontribusi terhadap aroma dasar tubuh kita, dengan membuat produk metabolisme menjadi aroma yang paling bau.
Sebuah penelitian yang diadakan beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa manusia dapat mencium “aroma” sakit pada orang lain. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh mereka lebih aktif.
Tim peneliti dari Karolinska Institutet di Swedia dalam media rilisnya mengatakan ada bukti anekdotal dan ilmiah yang menunjukkan bahwa penyakit memiliki bau tertentu.
Scrofula, suatu infeksi kelenjar getah bening, misalnya, dilaporkan mengeluarkan bau seperti bir basi, sementara nafas seseorang yang menderita diabetes terkadang beraroma cairan pembersih cat kuku, atau aseton.
Dilansir Kompas.com, terdapat beberapa aroma yang dikeluarkan tubuh, yang merupakan pertanda adanya masalah kesehatan serius. Selain diabetes, yang mengeluarkan aroma aseton, kotoran yang berbau menyengat dapat merupakan pertanda intoleransi laktosa, serta bau kaki merupakan gejala penyakit kaki atlet, sejenis infeksi jamur yang berawal dari jari kaki.
Air kencing yang berbau seperti bahan kimia dan tajam menyengat merupakan gejala infeksi saluran kemih atau ISK, yang disebabkan oleh bakteri E.coli. Dan bau nafas yang tajam, sekalipun Anda sudah menyikat gigi bersih-bersih dan berkumur, dapat menjadi petunjuk adanya gangguan tidur atau sleep apnea.
Jadi, pada dasarnya semua orang menghasilkan bau, dan Anda dapat mulai memperhatikan hal tersebut saat menyadari ada bau yang tidak beres dari orang dekat Anda.
Source : The Telegraph/ BBC/ National Geographic/ Kompas/ Beritagar/ ki.se