KEPALA Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tanjungpinang, Riono, untuk mengatasi penumpukan sampah, ia mencanangkan program pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM).
Selain itu, kata dia, program pengelolaan sampah plastik menjadi BBM juga memiliki nilai ekonomis. DLH Tanjungpinang akan melibatkan berbagai pihak untuk mensukseskan program ini.
“Pengelolaan sampah plastik menjadi BBM merupakan solusi untuk mengurangi penumpukan sampah plastik di pesisir Tanjungpinang,” kata Riono di Tanjungpinang, Senin (17/10/2022).
Ia mengatakan penumpukan sampah nonorganik di sejumlah kawasan pesisir Tanjungpinang mencapai 3,5 meter. Sampah plastik mendominasi diantara tumpukan sampah di pesisir yang setiap hari digali secara manual oleh petugas kebersihan.
Begitu pula dengan sampah nonorganik yang diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dalam sehari mencapai 90-94 ton sampah yang berasal dari kegiatan perekonomian dan rumah tangga diangkut ke tempat pembuangan sampah. Rata-rata sampah tersebut adalah plastik.
“Kapasitas tempat pembuangan sampah di Ganet itu terbatas, sehingga harus dicari solusinya. Jadi, kami berupaya mengubah tantangan dan hambatan ini menjadi peluang usaha dengan mengelola plastik menjadi BBM,” ujarnya.
Pengelolaan sampah plastik menjadi BBM melalui mesin pirolisis ini bukan hal baru di Indonesia. Tahun 2009, Muryani, petugas kebersihan di Blitar berhasil menemukan mesin yang mampu mengubah plastik menjadi tiga jenis BBM, yakni premium, solar, dan minyak tanah.
Penyulingan terhadap 10 kg plastik bisa menghasilkan 9,5 liter BBM, yang terdiri atas 6 liter solar, 2 liter premium, dan 1,5 liter minyak tanah.
“Ini menarik. Mengurai limbah dengan menghasilkan laba,” ucapnya.
Mantan Sekda Tanjungpinang itu mengemukakan pihaknya akan mengadakan mesin pirolisis tahun 2023. Mesin itu dapat digunakan oleh bank sampah.
Saat ini, harga mesin pirolisis sekitar Rp 60 juta per unit. “Ternyata mesin itu juga bisa menjadikan minyak goreng bekas dan oli bekas menjadi bensin,” ujarnya.
(*)
Sumber: Antara