PEKAN ini ternyata tak cuma perayaan Natal saja yang meramaikan linimasa jagat maya, tapi juga fenomena Gerhana Matahari Cincin yang akan terjadi pada 26 Desember ini.
Warganet di Indonesia cukup antusias menyambut datangnya Gerhana Matahari Cincin. Pembahasan tentang Gerhana Matahari Cincin masuk ke dalam Google Trending wilayah Indonesia sejak pagi Rabu (25/12).
Berikut ada beberapa hal yang layak kamu ketahui terkait Gerhana Matahari Cincin yang akan terjadi kamis (26/12).
1. Kapan dan daerah mana yang bisa melihat?
Dari penuturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, Gerhana Matahari Cincin ini akan terjadi pada 26 Desember di siang hari.
“Tiap daerah berbeda waktunya. Jalur GMC [Gerhana Matahari Cincin] hanya melintasi wilayah Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. Wilayah lain di Indonesia mengalami Gerhana Matahari Sebagian,” ucap Thomas seperti yang kami lansir dari laman UZONE
Lebih lengkapnya lagi, GMC ini bisa diamati di Sibolga, Padang Sidempuan, Pulau Pedang, Pulau Rangsang, Batam, Tanjung Pinang, Singkawang, Makulit, Tanjung Selor, dan Berau.
Di luar wilayah di atas, masyarakat tidak bisa benar-benar menikmati GMC secara maksimal. Namun tetap bisa menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian pukul 10.43 WIB sampai 14.52 WIB.
2. Apa bedanya dengan Gerhana Matahari Sebagian?
Masih dari penjelasan singkat Thomas, saat GMC orang-orang bisa melihat piringan Matahari yang bagian tengahnya tertutup oleh Bulan. Sehingga, hanya bagian tepi Matahari yang tampak dan bentuknya menyerupai cincin.
“Kalau Gerhana Matahari Sebagian, hanya sebagian piringan Matahari yang terhalang Bulan. Misalnya, daerah Jakarta itu kedapatan 72 persen piringan Matahari yang tertutup Bulan,” sambung Thomas.
3. Jangan dilihat kelamaan dengan mata telanjang
Rasanya sudah menjadi informasi umum bahwa masyarakat sudah seharusnya memakai filter optik yang dirancang khusus saat mengamati Gerhana Matahari. Serta, tidak diimbau untuk menatapnya dalam waktu lama, sebab bisa merusak retina dan paling parahnya, menyebabkan kebutaan.
4. Bakal ganggu telekomunikasi
Dari penjelasan Thomas, GMC dapat menyebabkan pasang air laut maksimum dan mengganggu frekuensi telekomunikasi yang memanfaatkan lapisan ionosfer.
Meski tidak sampai tahap parah, Thomas mengatakan aktivitas telekomunikasi akan terganggu untuk sementara karena kurangnya intensitas cahaya di Bumi.
“GMC tak sebabkan pengaruh khusus pada Bumi, cuma efek pasang air laut di pantai. Pengurangan intensitas cahaya selama fase gerhana yang mungkin berpengaruh pada ionosfer selama beberapa saat, lapisan yang umum dipakai untuk jaringan komunikasi,” tutup Thomas.
(*)