PULAU Papan atau juga disebut pulau Gunung Papan di kabupaten Karimun, merupakan sebuah pulau yang relatif masih alami. Konturnya datar, kecuali di bagian ujung yang berbukit. Puncaknya disebut gunung Papan. Nama yang juga digunakan sebagai penanda nama pulaunya.
Oleh: Bintoro Suryo
PULAU ini unik. Walau tidak terletak di jalur vulkanis, ada banyak sumber air panas yang muncul di sini. Paling tidak sejak beberapa ratus tahun lalu. Beberapa sumber air panas baru, bahkan muncul dalam dua dasawarsa terakhir.

Tidak ada bau belerang seperti umumnya sumber-sumber air panas yang terdapat di pulau Jawa. Dengan derajat panas sekitar 40-70 Celcius saat muncul di permukaan, tidak ada bau yang tercium.


Di beberapa sumber air panas yang berada dekat dengan pantai, rasanya justeru asin!
KESUBURAN tanah di sini juga lumayan. Banyak warga yang mengupayakan perkebunan. Seperti misalnya kebun kelapa hibrida serta jenis kelapa pandan. Komoditas yang terakhir ini jadi andalan masyarakat di sana. Biasanya dikirim keluar pulau, terutama ke Batam.

Di kota Batam, kelapa pandan bisa dibeli di supermarket atau dept. Store dalam kondisi telah dikupas kulit luarnya. Harganya premium karena memiliki rasa lebih manis dengan aroma pandan, berbeda dengan kelapa biasa pada umumnya.
Beberapa waktu kemarin, saya dan rekan mengunjungi lokasi kebun kelapa seperti itu. Ternyata itu bukan jenis kelapa asli dari Kepulauan Riau. Tapi tanaman yang dibudidaya. Bibit awalnya berasal dari Thailand.

Di negeri Gajah Putih itu, dikenal dengan nama ‘Aromatic Nam Hom Coconuts’. Kelapa jenis ini sudah dibudidaya para petani di pulau Gunung Papan sejak belasan tahun terakhir. Ciri utamanya adalah cepat berbuah (biasanya pada usia 2-3 tahun). Pohonnya juga relatif pendek, serta air kelapanya manis dan segar dengan aroma pandan alami.
Pemiliknya berencana ingin membuat lokasi kebun kelapanya, juga berfungsi sebagai area agrowisata. Jadi orang bisa datang ke sana untuk berwisata, sekaligus mencicipi buah-buah kelapa pandan langsung dari pohonnya.

Seperti konsep green industri di ruang lingkup pedesaan yang memang cocok dengan suasana di pulau ini.
BEBERAPA pekan kemarin, saya baca informasi tentang rencana pengembangan kawasan pulau Gunung Papan dan pulau Belat yang terletak berdekatan, untuk dijadikan pusat industri di kabupaten Karimun.
Bupatinya, Iskandarsyah, baru saja menandatangani nota kerjasama dengan sebuah grup bisnis asal Singapura, Aslan Energy Capital.
Dengan nilai investasi USD2,3 miliar atau sekitar Rp38 triliun lebih, di pulau Gunung Papan dan pulau tetangganya, Belat yang masih alami itu, mereka akan membangun Dya City. Kota yang berkonsep dinamis dan fokus pada energi bersih.
”Pada proyek Dyna City, akan dibangun ribuan hektar lahan dengan minimal di atas 2 ribu hektar. Dalam membangun Dyna City Aslan energy Capital akan membangun energi bersih sampai 6 gigawatt (Gw). Listrik yang menggunakan sistim energi bersih ini akan dibagi menjadi dua. Yakni, 4 Gw untuk mendukung kawasan industri lokal, kampus data dan manufaktur mobilitas. Dan, 2 Gw untuk ekspor energi bersih ke negara-negara ASEAN,” kata sang Bupati.

Realisasi pembangunan tidak dengan cara membeli lahan di sana. Tapi dengan cara menyewa dari penduduk setempat.
Dyna City, kata Iskandar, akan terbagi dalam tiga zona pengembangan. Pertama, kawasan energi bersih terpadu, pusat energi berbasis tenaga surya, penyimpanan baterai, LNG dan amonia biru.
Kemudian, ada zona kawasan mobilitas dan industri manufaktur. Di dalamnya berisi kawasan produksi kendaraan listrik, baterai, chip AI dan industri hijau.
Terakhir, kawasan infrastruktur digital dan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. seperti pusat data hyperscale hingga 1,2 Gw untuk mendukung kecerdasan buatan dan komputasi awan.
“Wah.”

(*)
Penulis/ Videografer: Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography.
Artikel ini diterbitkan sebelumnya di: bintorosuryo.com


