JUMLAH penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Maret 2023 tersisa 142,50 ribu orang atau turun 6,4 ribu orang dibanding September 2022 yang tercatat sebanyak 148,89 ribu orang.
Kepala BPS Kepri, Darwis Sitorus, mengatakan Darwis, menjelaskan bahwa penduduk miskin merupakan penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Selama periode September 2022 hingga Maret 2023, lanjutnya, garis kemiskinan naik sebesar 1,65 persen, yaitu dari Rp 730.462 per kapita per bulan pada September 2022 menjadi Rp 742.526 per kapita per bulan pada Maret 2023.
Sedangkan pada periode Maret 2022 hingga September 2022, garis kemiskinan juga naik sebesar 6,78 persen, yaitu dari Rp 684.070 per kapita per bulan pada Maret 2022 menjadi Rp 730.462 per kapita per bulan pada September 2022.
“Kondisi penduduk miskin di Kepri periode Maret 2023 dibanding Maret 2022, juga turun sebanyak 9,18 ribu orang, yaitu dari 151,68 ribu orang menjadi 142,50 ribu orang,” kata Darwis di Tanjungpinang, dikutip dari Antara, Senin (17/7/2023).
Berdasarkan daerah tempat tinggal, kata dia, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan di Kepri turun dari 119,52 ribu orang pada September 2022, menjadi 111,90 ribu orang pada Maret 2023.
Sebaliknya, di daerah perdesaan naik, yakni dari 29,37 ribu orang pada September 2022, menjadi 30,60 ribu orang pada Maret 2023.
“Selama periode Maret 2022 – Maret 2023, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan, baik dari Maret 2022 ke September 2022 maupun pada Maret 2023. Sedangkan di daerah perdesaan justru sebaliknya, terjadi kenaikan baik dari Maret 2022 ke September 2022 maupun pada Maret 2023,” ungkapnya.
Adapun komoditi makanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan di perkotaan pada Maret 2023, yaitu beras sebesar 13,87 persen, kemudian diikuti komoditi rokok kretek filter yang sebesar 8,78 persen.
Daging ayam ras memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap garis kemiskinan, yaitu 6,23 persen.
Sementara untuk wilayah perdesaan, beras dan rokok kretek filter memberikan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan, masing-masing sebesar 16,16 persen dan 13,11 persen.
Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
“Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2023 tercatat sebesar 67,55 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2022 yaitu sebesar 67,25 persen,” demikian Darwis Sitorus.
(*/pir)