INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada penutupan perdagangan sore ini, Rabu (2/3/2022). Kini, indeks berada di level 6.868, turun 53,04 poin atau 0,77 persen.
Seperti dilansir dari RTI Infokom, investor melakukan transaksi sebesar Rp 18,43 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 38,05 miliar saham. Pelaku pasar asing mencatatkan beli bersih atau net buy di seluruh pasar sebesar Rp 427,09 miliar.
Pada penutupan kali ini, 162 saham menguat, 389 terkoreksi, dan 129 lainnya stagnan. Terpantau, sembilan dari sebelas indeks sektoral melemah, dipimpin oleh sektor transportasi yang minus 2,28 persen.
Sementara itu, pantauan bursa asing, mayoritas bursa saham Asia nampak melemah. Tercatat, indeks Nikkei 225 di Jepang turun 1,68 persen, indeks Hang Seng Composite di Hong Kong minus 2,04 persen, sementara indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,16 persen.
Kondisi serupa juga terjadi di bursa saham Eropa dimana juga turut memerah. Terpantau, indeks FTSE 100 di Inggris turun 1,72 persen, indeks CAC 40 di Perancis merah 3,94 persen, dan indeks DAX di Jerman minus 3,85 persen.
Mengikuti jejak bursa saham Eropa, bursa Amerika mayoritas juga memerah. Indeks S&P; 500 turun 1,55 persen, indeks NYSE turun 1,50 persen, sementara indeks NASDAQ minus 1,59 persen.
Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga tutup pasar sore ini, Kurs rupiah spot melemah 0,38% ke Rp 14.390 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin pada Rp 14.335 per dolar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah beriringan dengan pergerakan mata uang Asia yang mayoritas melemah. Rupiah melemah bersama dengan rupee, won, peso, yen, dolar Taiwan, dolar Singapura, ringgit, dan dolar Hong Kong. Hanya baht dan yuan yang hingga sore ini menguat tipis terhadap the greenback.
Di sisi lain, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia menguat 0,24% pada sore ini. Indeks dolar berada di 97,64 pada sore hari ini.
Dari sisi teknikal, rupiah melemah karena gagal menembus trendline penurunan jangka panjang. “Rupiah tertaan di antara dukungan dari harga komoditas yang lebih tinggi dan sentimen investor yang melemah,” kata seorang senior FX strategist Credit Agricole CIB seperti dikutip Bloomberg.
(*)
sumber: CNNIndonesia.com | Kontan.co.id