JUMLAH korban meninggal akibat gempa di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh bertambah menjadi 92 jiwa. Jumlah tersebut, kemungkinan masih akan bertambah.
Menurut salah seorang anggota Tim Kantor Presiden untuk Gempa Aceh, Ifdhal Kasim, jumlah korban jiwa kemungkinan masih akan bertambah karena ada daerah yang belum terjangkau alat-alat berat.
Ifdhal–yang akan segera meninjau langsung lokasi bencana– menambahkan bahwa gempa juga menghantam kawasan padat penduduk dengan keterbatasan alat-alat berat untuk mencari korban yang mungkin tertimpa puing-puing reruntuhan bangunan.
Kemungkinan meningkatnya jumlah korban jiwa itu sebelumnya juga diungkapkan oleh juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
“Korban dikhawatirkan bisa terus bergerak naik karena saat ini masih ada warga yang terjebak di bawah bangunan yang ambruk,” jelas Sutopo dalam jumpa pers di kantor BNPB, Jakarta, Rabu 7 Desember 2016, seperti dikutip laman BBC Indonesia.
Dari jumlah korban itu belum dipilah berapa korban anak-anak dewasa maupun orang tua, laki-laki dan perempuan. Sementara korban luka berat tercatat sedikitnya 73 orang dan 122 orang menderita luka ringan.
Sutopo mengatakan sekarang ini fokus utama operasi pencarian dan penyelamatan korban jiwa. Ia pun belum dapat memperkirakan jumlah korban yang masih tertimbun reruntuhan bangunan.
Ia menyayangkan banyaknya warga yang menolak masuk penampungan sementara, dan lebih suka kembali ke rumah mereka. “Sebetulnya bagi yang rumahnya rusak disediakan lokasi pengungsian. Namun masyarakat seringkali tidak mau ke pengungsian dan mendirikan tenda di depan rumah mereka,” jelas dia.
Banyaknya kerusakan rumah penduduk itu, katanya karena banyaknya bangunan yang tidak dibangun untuk tahan gempa.
Sutopo mengatakan daerah Pidie Jaya merupakan daerah yang rawan terhadap gempa dan berada di jalur gempa zona sesar samalanga sipopo yang berada di darat. Daerah tersebut pernah terjadi gempa. Menurut data BNPB sekitar 62 persen penduduk indonesia tinggal di daerah rawan gempa bumi.
Guncangan Lebih Kuat
Warga di Pidie Jaya, Aceh, mengaku panik dan khawatir gempa dengan kekuatan 6,5 pada Skala Richter akan menimbulkan tsunami. Begitu gempa terjadi orang-orang berlari keluar dari rumah dan mencari lokasi yang lebih tinggi.
Seorang warga Pidie Jaya, Hamdani (45), menuturkan bahwa gempa kali ini lebih besar guncangannya dibanding peristiwa serupa pada 2004 silam.
“Sama seperti waktu gempa dulu, malah (kali ini) gempanya lebih parah lagi. Guncangan gempanya lebih keras,” ungkap Hamdani, dikutip dari laman BBC Indonesia.
“Menjelang subuh, siap-siap salat tiba-tiba ada gempa. Kami ke luar semua karena kebetulan rumah kita berdekatan dengan laut, jadi kami cari tempat yang aman karena pengalaman waktu tsunami (2004),” kata Hamdani.
Gempa berpusat di darat dan menyebabkan ratusan bangunan ruko, rumah warga, dan fasilitas umum seperti masjid dan sekolah rusak. ***