PEMERINTAH Kamboja dan Thailand telah mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata, setelah pertemuan mediasi di Malaysia pada Senin, 28 Juli. Kesepakatan ini, yang diungkapkan oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, akan mulai berlaku pada tengah malam hari yang sama.
Anwar menyebut ini sebagai langkah awal yang penting untuk deeskalasi dan pemulihan keamanan. Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menganggap perundingan ini sebagai momen positif dan berharap pertempuran segera berakhir. Sekitar 300.000 warga sipil dari kedua negara telah mengungsi akibat konflik yang terjadi pekan lalu.
Hun Manet mengapresiasi peran Anwar, Presiden AS Donald Trump, dan pemerintah China dalam mediasi ini, serta menyampaikan terima kasih kepada Perdana Menteri Sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, atas partisipasinya yang konstruktif. Ia optimis bahwa gencatan senjata ini akan membuka jalan bagi ratusan ribu orang untuk kembali ke kehidupan normal.
Sebagai bagian dari kesepakatan, kedua negara akan meningkatkan komunikasi langsung antara pemimpin dan menteri terkait. Selain itu, akan dibentuk mekanisme untuk implementasi dan verifikasi gencatan senjata, meskipun detail mekanisme tersebut masih belum jelas.
Pertemuan di Malaysia diadakan untuk merundingkan akhir dari pertempuran yang telah berlangsung selama empat hari. Konflik ini telah menewaskan setidaknya 33 orang, termasuk tentara dan warga sipil, serta mengakibatkan ribuan pengungsi.
Sebelum pertemuan, Trump menghubungi pemimpin kedua negara untuk mendesak gencatan senjata. Hun Manet menyatakan bahwa Kamboja setuju dengan proposal tersebut, sementara Thailand menyatakan kesediaannya dengan syarat dialog harus diutamakan.
Meskipun Trump berusaha meredakan ketegangan, baku tembak terus berlanjut hingga saat itu. Pemimpin Thailand mengingatkan bahwa situasi bisa berpotensi berkembang menjadi perang.
Reaksi internasional terhadap konflik ini juga cukup kuat. Anwar Ibrahim dan beberapa negara lainnya menyerukan gencatan senjata segera, dengan mengingatkan akan perlunya perlindungan bagi warga sipil dan penyelesaian damai.
Sebagaimana diketahui, pertempuran ini dimulai pada 24 Juli, dengan kedua belah pihak saling tuduh memulai konflik. Thailand menyalahkan Kamboja atas serangan awal, sementara Kamboja menuduh Thailand melakukan agresi militer.
Saksi mata di daerah perbatasan melaporkan situasi yang menegangkan dan menakutkan, dengan banyak warga yang mengungsi mencari tempat aman dari serangan yang terjadi.
(ham/bbc)