POLEMIK investasi dan relokasi di Pulau Rempang yang hingga kini masih menjadi buah bibir pembicaraan masyarakat sekarang memasuki masa baru. Pasalnya, sejumlah warga dan badan usaha di pulau tersebut telah menyerahkan secara sukarela lahan dan asetnya ke BP Batam, Jumat (1/9/2023) di Gedung Marketing BP Batam.
Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait mengatakan ada 10 orang dan badan usaha yang datang ke BP Batam dan menyerahkan lahan dan aset berupa lahan ternak dan tambak yang berada di Pulau Rempang melalui bantuan Polda Kepulauan Riau (Kepri).
Seperti yang diketahui, Pulau Rempang telah dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN) 2023, yang pengawasannya langsung dibawah pemerintah pusat. “Warga yang menyerahkan lahannya mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Mereka mengerti dan menerima alasan untuk direlokasi,” ujarnya di Gedung BP Batam.
Namun ia belum mengetahui secara pasti berapa luasan lahan sukarela tersebut. “Kami belum koordinasi dengan Polda. Tapi yang pasti karena ini bagian dari rencana relokasi, kami akan terus lakukan pendekatan,” ungkapnya.
Adapun Pulau Rempang akan dikembangkan sebagai Eco-City yang menggabungkan industri, pariwisata, investasi energi baru dan terbarukan (EBT), pemukiman terpadu dan lainnya. Untuk langkah awal, pabrik kaca milik Xinyi Group dari China akan segera dibangun. Total investasinya capai Rp 11,5 triliun.
Akibat dari rencana investasi tersebut, BP Batam berencana merelokasi ribuan warga pulau tersebut ke pulau sebelahnya di Galang. Rencana tersebut tentu mendapat penolakan keras, sehingga mengakibatkan aksi unjuk rasa besar-besaran di Kantor BP Batam baru-baru ini.
(leo)