PERDAGANGAN Kamis (5/5/2022) waktu Amerika Serikat (AS) menjadi hari perdagangan terburuk Wall Street tahun ini, menghapus semua keuntungan pada perdagangan hari sebelumnya.
Bursa saham AS dan Asia rontok usai The Fed, bank sentral AS, menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin atau 0,5 persen.
Lonjakan suku bunga acuan AS itu dimaksudkan untuk mengatasi inflasi AS yang tercatat tertinggi selama empat dekade.
Sebelum pasar saham rontok, Gubernur bank sentral AS, Jerome Powell, meyakinkan investor bahwa kenaikan suku bunga di masa depan akan lebih besar dari 50 basis poin.
Karena ucapan Powell, pada perdagangan sehari sebelumnya, semua indeks utama AS tumbuh sekitar 3 persen, menjadi hari terbaik indeks S&P; 500 dan Dow Jones dalam dua tahun terakhir.
Tak bertahan lama, pada Kamis pagi waktu setempat investor disambut dengan warna serba merah setelah pasar mencerna pernyataan The Fed lebih lanjut.
Semua euforia pasar terhapus dan berbagai saham yang anjlok, terparah di sektor teknologi. Misal indeks Dow Jones turun 1.120 poin atau 3,3 persen, indeks S&P; 500 turun 3,7 persen, Nasdaq Composite jatuh 5,2 persen, menjadi hari terburuk sejak 2020.
“Saya telah berada di pasar selama 25 tahun dan saya belum pernah melihat yang seperti ini,” kata Danielle DiMartino Booth, CEO dan Kepala Strategi Quill Intelligence, firma riset Wall Street dan Federal Reserve dikutip dari CNN Business, Kamis (5/5).
Menurut mantan petinggi Federal Reserve New, York Bill Dudley, ‘kebakaran’ yang terjadi saat ini di pasar saham memang yang diinginkan oleh The Fed.
Ia menilai Powell dan kawan-kawan (dkk) ingin melemahkan bursa saham dan menaikkan imbal hasil obligasi. “Apa yang terjadi saat ini adalah apa yang diinginkan The Fed,” terang dia.
Pelemahan pasar saham juga ‘menular’ ke bursa Asia, terutama indeks Hong Kong dan China yang anjlok pada Jumat (6/5) pagi.
Mengutip Yahoo News, Indeks acuan Hang Seng Hong Kong turun 3,3 persen, sedangkan saham di Shanghai Stock Exchange turun 1,6 persen.
Tren pelemahan tersebut mengikuti Wall Street dengan sederetan perusahaan raksasa merosot dalam.
Ambil contoh, Nike yang rontok 5,9 persen, Apple anjlok 5,5 persen, Ebay terjun 11 persen, Etsy hampir 17 persen, Tesla ambruk 8 persen, dan Twitter cukup tangguh hanya melemah 2,5 persen.
(*)
sumber: CNN Indonesia.com