MESKI dihantam pandemi Covid-19, perbankan di Kepri tetap memiliki kinerja yang stabil. Faktor tersebut bisa dilihat dari pertumbuhan kredit yang terus membaik, sehingga berdampak pada statistik kredit macet atau non performing loan (NPL) yang relatif rendah.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, Musni Hardi mengatakan jumlah penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan IV/2020 sebesar Rp 51,23 triliun, naik dari triwulan sebelumnya yang berada di angka Rp 51,11 triliun.
“Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit bersumber dari kredit modal kerja dan kredit investasi yang masing-masing tumbuh -15,20 persen (yoy) dan 5,79 persen (yoy). Lebih baik dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -16,22 persen (yoy) dan 3,83 persen (yoy),” kata Musni baru-baru ini.
Pertumbuhan kredit hanya tercatat pada perlambatan kredit konsumsi yang turun 1,27 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya yang turun 0,07 persen (yoy).
Secara garis besar, struktur kredit pada triwulan IV/2020 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 36,39 persen, diikuti oleh kredit investasi sebesar 35,12 persen dan kredit modal kerja sebesar 28,48 persen.
Untuk tingkat suku bunga kredit, cenderung stabil, berada di kisaran 9,17 persen.
“Terjadinya penurunan kontraksi dalam penyaluran kredit mengindikasikan bahwa permintaan pembiayaan dari pelaku usaha mulai meningkat sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian Kepri,” ungkapnya.
Berdasarkan wilayah, penyaluran kredit di Kepri masih terkonsentrasi di Batam dengan jumlah kredit sebesar Rp 37,92 triliun atau 74,03 persen dari total kredit di Kepri.
Risiko kredit bermasalah juga cenderung berkurang yang tercermin dari penurunan rasio NPL gross dari 4,53 persen pada triwulan III menjadi 4,38 persen pada triwulan IV dan berada di bawah ambang batas sebesar 5 persen.
Penurunanrasio NPL tersebut terjadi seiring dengan berlanjutnya program restrukturisasi kredit yang diperpanjang sampai dengan akhir Maret 2022.
*(rky/Gowest)