Tanjungpinang tahun 1983, di Lorong Banjar dan Lorong Bugis yang saat ini menjadi wilayah Potong Lembu, ada kisah yang mengharukan. Terjadi kebakaran hebat.
ADA 300 rumah kayu di atas pelantar terbakar dan habis semua saat itu.
Konon, penyebab terjadinya kebakaran bermula dari api dari lampu semprong yang menjilat bensin. Saat itu, ada seorang warga yang memperbaiki kendaraanya di atas pelantar kayu sambil menyalakan lampu minyak semprong.
Seorang warga Tanjungpinang lama bernama Bakri mengisahkan, kebakaran itu menimbulkan dampak cukup besar pada warga yang tinggal di wilayah yang kini bernama Potong Lembu itu, khususnya warga pelantar laut kala itu.
Banyak warga yang mengungsi saat itu. Mereka tidak bisa bertahan di lokasi yang saat itu ditinggali dalam bentuk pelantar-pelantar di atas laut itu. Hampir semua warga pindah mengungsi. Menurut Bakri ia beserta keluarga juga sempat berpindah-pindah tempat tinggal paska kebakaran hingga tiga bulan.
Wilayah Potong Lembu saat itu, sempat dikenal sebagai salah satu pusat keramaian ekonomi kota Tanjungpinang masa lalu. Ada semacam pelabuhan bagi para pedagang Melayu, Cina, Bugis, dan Banjar di sana.
Walikota administratif Tanjungpinang saat itu, HM Sani (di kemudian hari sempat menjabat sebagai Gubernur Kepri, red) memberikan instruksi untuk mengkaplingkan tanah di lokasi bekas kebakaran di wilayah itu. Kemudian, dari setiap warga yang pernah tinggal di wilayah itu dan menjadi korban kebakaran, diberikan satu kapling tanah.
Kapling tanah yang dibagikan berukuran 104 meter persegi. Menurut Bakri, tanah yang sudah dikaplingkan itu, kemudian diminta untuk didaftarkan atas anjuran Raja Azis, Sekda Kabupaten Bintan di kala itu.
Sejak saat itulah wilayah yang dulunya laut ini mulai ditimbun. Perairan pun berubah menjadi tanah datar. Kebetulan, jauh-jauh hari sebelum terjadi kebakaran, ada rencana warga untuk membuat satu rumah pelantar tempat pemotongan lembu.
Karena terjadinya kebakaran, warga sekitar sempat kesulitan untuk menyebutkan nama wilayahnya. Yang disebut oleh warga kemudian adalah ; “tempat potong lembu”.
Sampai sekarang rumah potong lembu itu sebenarnya tidak ada.
“Bila ada orang yang nanya nak kemane? Jawab orang sini pasti dengan santai. Kami nak pergi ke jalan tempat orang potong lembu,” kata Bakri mengisahkan.
“Sejak itulah, akhirnya nama Jalan Potong Lembu menjadi lekat di telinga masyarakat Tanjungpinang. Seperti kita lihat saat ini, kawasan Potong Lembu menjadi tempat wisata kuliner yang sangat terkenal di seantero Kepulauan Riau. Mulai dari anak kecil hingga dewasa, semua senang untuk membuka selera di Akau Potong Lembu ini. Sumber Tanjungpinang pos”, lanjutnya.
(nes)
Sumber : Tanjungpinang Jadul
Kredit : Edward Hasbullah