KOPI asal Flores sudah jadi salah satu kopi unggulan Indonesia. Penjualannya terbukti telah menyumbang pendapatan daerah sebesar Rp53 miliar.
Khususnya kopi jenis arabika asal Kabupaten Ngada yang menarik minat pasar dunia hingga ke Amerika Serikat dan Eropa.
“Kopi di Flores ada dari Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, dan Ngada. Sementara kopi yang paling merebut pangsa pasar adalah kopi bajawa dari Kabupaten Ngada, penjualannya mencapai Rp53 miliar per tahun,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Marius Jelamu, dilansir dari Otonomi.co.id, di Jakarta pada acara Festival Kopi Flores.
Total produksi kopi Flores dari 2010-2016 sudah sebanyak 10.000 ton, sementara 2.000-3.000 ton di antaranya diekspor ke Amerika dan Eropa. Khusus pengiriman kopi bajawa mencapai 1.200 ton biji kopi.
Menurut Marius, cita rasa kopi Flores memang khas dan enak sehingga tidak heran jika negara lain tertarik untuk membelinya.
Kopi Flores saat ini dijual dengan harga sekitar Rp60 ribu-Rp65 ribu per kilogramnya.
“Jujur saja cita rasa kopi Flores ini khususnya kopi jenis arabika memang khas dan enak sekali,” ujar dia lagi.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT Yohannes Tay Ruba mengatakan luas perkebunan kopi di Flores mencapai 20.000 hektar. Sayangnya baru 2.000-3.000 hektar perkebunan kopi yang dimanfaatkan sebagai lahan produksi, sisanya masih dalam proses sosialisasi.
Saat ini para petani kopi di Flores masih ditangani oleh pemerintah daerah setempat. Para petani tersebut tergabung dalam Asosiasi Petani Kopi Manggarai (Asnikom) yang terdiri dari 15 kelompok tani dari masing-masing kabupaten.
Ke depan Ruba berharap, produksi para petani kopi di Flores dapat lebih berkembang. Pemda setempat juga telah membantu para petani dengan mengedukasi mereka mengenai dunia kopi mulai dari proses produksi hingga sistem penjualannya. ***