MASJID ini, awalnya dibangun oleh etnis India di kota Tanjungpinang sekitar 1850-an. Awalnya dikenal dengan nama masjid Keling. Sebutan itu untuk etnis India di Tanjungpinang yang biasa dikenal orang.
Menurut cerita turun temurun, dahulu orang Keling yang ingin salat di masjid itu harus menggunakan sampan karena melalui sungai yang kini menjadi Jalan Bintan. Masjid Al Hikmah saat ini telah mengalami beberapa kali renovasi hingga bentuk aslinya sudah tidak lagi kelihatan.
Masjid Agung Al Hikmah terletak di jalan Masjid No.1, Kota Tanjungpinang dan kini memiliki gaya arsitektur khas bangunan Melayu. Masjid ini dibalut dengan warna hijau nan sejuk. Di atasnya terdapat 5 buah Kubah untuk mempercantik masjid ini.
Masjid Al Hikmah Tempo dulu
Masjid berdiri diperkirakan pada awal abad 19, saat Pendeta (Misionaris) Eberhard Rottmann Rottge datang ke Tanjungpinang tahun 1834 menggantikan Pendeta Dirk Lenting. Ia mengaku sudah melihat keberadaan Masjid Keling tersebut.
Saat itu di Tanjungpinang sudah ada Masjid Keling dan kelenteng yang lokasinya berdekatan.
Dalam peta 1860, sudah ada tiga bangunan rumah ibadah di lokasi yang berdekatan. Masjid Keling, Gereja Protestan yang kini dikenal dengan Geraja GPIB atau Gereja Ayam dan Kelenteng.

Sejarah keberadaan Masjid keling ini erat kaitannya dengan komunitas perantau dari Anak Benua India ( India Subcantinetnt ) di Tanjungpinang. Mereka terdiri dari orang Keling, Coromandel, Benggali atau Bengal, Bombai dan Sikh.
Di Tanjungpinang pada abad ke 19 , semua penduduk yang berasal dari Anak Benua India disebut sebagai orang keling. Orang Tanjungpinang biasanya menyapa mereka dengan panggilan bai.
Nama Bai maknanya adalah saudara. Nama panggilan ini biasanya disandingkan dengan jenis profesi yang mereka geluti. Oleh karena itu dulu di Tanjungpinang di kenal bermacam- macam Bai.
Mereka hanya berdagang kain, roti, rempah-rempah, dan obat-obatan. Setelah beberapa waktu menetap di Tanjungpinang, sekumpulan orang Keling ini pun bersepakat membangun satu rumah ibadah.
Bangunan masjid ini telah tiga kali mengalami renovasi sejak tahun 1956 ketika masih Kabupaten Kepuluan Riau.
Bentuk aslinya terbuat dari kayu kapur atau kayu merah. Dan reflika masjid ini sekarang ada di Dabo Singkep yang bernama Masjid Al-Zulfa.
Mimbar masjid dibuat pada tahun 1960-an dengan menggunakan kayu Jati.
Masjid Al-Hikmah ini setelah dilakukan penambahan dan perombakan sebanyak tiga kali, luasnya menjadi sekitar 35 x 30 meter persegi, bisa menampung jamaah sekitar 3.000 hingga 4.000 jamaah.
(nes)