BERADA di puncak klasemen saat Natal tiba bukan garansi lahirnya gelar juara. Fakta itu menjadi alarm pengingat AC Milan agar tak bersikap jemawa.
AC Milan menutup tahun 2020 dengan manis via kemenangan 3-2 atas Lazio pada pekan ke-14 Liga Italia 2020-2021.
Kemenangan itu memastikan status Milan sebagai pemuncak klasemen di hari Natal.
Pencapaian yang membangkitkan memori indah di benak fans I Rossoneri, julukan AC Milan.
Terakhir kali Milan mampu bertengger di puncak klasemen saat Natal adalah pada 10 tahun silam!
Kala itu, Natal terasa sempurna bagi Milan mengingat tim ada di undakan pertama klasemen dengan mengantongi keunggulan tiga poin dari Napoli.
Milan mampu melanjutkan momentum dan mengakhiri musim 2010-2011 dengan gelar juara.
Akan tetapi, berstatus sebagai pemimpin klasemen saat Natal tak selalu bermakna lahirnya gelar scudetto.
Zlatan Ibrahimovic dkk mesti belajar dari kepahitan yang dialami skuad Milan pada 2002-2003.
Waktu itu, Milan yang bertabur bintang macam Andrea Pirlo, Rivaldo, Manuel Rui Costa, dan Filippo Inzaghi menyambut Natal dengan bahagia karena bisa berada di puncak klasemen bersama klub rival sekota mereka, Inter Milan.
Milan dan Inter sama-sama mengoleksi 33 angka. Namun, Rossoneri berhak duduk di singgasana pertama lantaran unggul rekor pertemuan.
Kado Natal indah tersebut nyatanya tak menjadi bekal terbaik Milan untuk mengarungi sisa musim.
Milan hanya finis di urutan ketiga Liga Italia 2002-2003, kendati Rossoneri akhirnya bisa menebus kegagalan di pentas domestik itu lewat gelar dobel Liga Champions dan Coppa Italia.
Memimpin klasemen saat Natal memang tak 100 persen menggaransi lahirnya titel juara.
Saat tampil sebagai kampiun pada edisi 2003-2004 dan 1998-1999, Milan malah tak menduduki singgasana puncak klasemen saat Natal tiba.
Pada Natal 2003, Milan tertinggal tiga angka dari AS Roma di urutan pertama. Sementara pada 25 Desember 1998, Rossoneri hanya berada di posisi ketiga klasemen dan terpaut empat poin dari sang pemimpin klasemen, Fiorentina, yang mengandalkan striker haus gol bernama Gabriel Batistuta.
Perbaikan hasil signifikan di paruh kedua kompetisi lantas menjadi kunci keberhasilan Milan mencaplok titel scudetto pada 1998-1999 maupun 2003-2004.
Lumrah jika pelatih Milan saat ini, Stefano Pioli, sudah mewanti-wanti agar bara semangat anak asuhnya tak membeku diterpa angin sejuk libur musim dingin.
“Kami telah mencapai target tahun ini. Kami adalah pemimpin klasemen. Kami punya api di dalam diri dan harus membiarkannya tetap menyala,” kata Pioli.
(*)