MESKIPUN Singapura sudah resmi membuka perbatasannya ke Indonesia, antusiasme warga Singapura yang ingin menyeberang ke Batam masih diliputi problem mendasar, yakni kesiapan petugas PCR dari instansi terkait di pelabuhan-pelabuhan Batam.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata (Kadispa) Kepri, Buralimar. Ia berharap segera ada perubahan, mengingat pentingnya momen ini bagi sektor pariwisata di Kepri.
“Saya dapat laporan, kalau jumlah kunjungan naik di Batam Center dan Harbour Bay. Tapi ada kendala, yakni petugas PCR belum siap, jumlahnya juga kurang,” kata Buralimar, Sabtu (2/4).
Ia juga berharap agar pengelola pelabuhan bisa segera mengadakan PCR mandiri, untuk memudahkan para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Buralimar kemudian menegaskan agar kunjungan luar negeri bisa ditingkatkan lagi, lebih baik tes PCR ditiadakan. “Kalau bisa PCR ditiadakan. Jika mereka sudah PCR di negara asal, ya kita terima saja. Disini cukup antigen saja,” katanya.
Menurut pria yang akrab disapa Buralimar ini, peniadaan PCR ini soal kenyamanan. “Kasihan, jika mereka harus disuruh nunggu 3 atau 4 jam. Padahal animo warga Singapura kesini cukup besar,” tuturnya.
Kendala satu lagi yang butuh segera dievaluasi yakni kebijakan visa on arrival (VOA) di Batam yang hanya berlaku untuk permanent resident Singapura. Ia berharap kebijakan ini dibuat sama rata dengan di Bali, dimana pulau dewata tersebut menerima turis yang datang langsung dari negaranya. “Kita usulkan VOA jangan permanent residen,” imbuhnya.
Buralimar menekankan baik peniadaan PCR maupun penerapan VOA sangat penting, karena akan mengangkat derajat sektor pariwisata kembali seperti sedia kala.
Sebagai contoh, ia mendapat laporan dari Batam, dimana tingkat okupansi di Nongsa Point Marina dan Turi Beach Resort sudah terisi 80 dan 100 persen. “Rasanya segar sekali dengan Nongsa Resort penuh lagi,” kata Bur.
Kunjungan di dua resort tersebut berasal permanent resident Singapura yang pakai VOA. Jika VOA bisa dibuat lebih fleksibel, dengan menerima turis langsung dari negaranya, maka hotel dan resort di Batam akan menerima tamu dalam jumlah besar.
Sementara itu, kalangan pengusaha transportasi juga berharap PCR segera ditiadakan, agar bisnis mereka kembali menggeliat. Derrick, perwakilan dari Batam Fast mengatakan kebijakan tersebut sangat ditunggu-tunggu.
Ia kemudian berbicara soal teknis, dimana ia pernah mendapatkan calon penumpang yang baru sembuh dari Covid-19, dan ingin pergi ke Batam. “Ia baru sembuh dan ingin ke Batam. Kata dokter, karena baru sembuh, ketika ikut tes PCR bisa positif. Jadi dokternya kasih surat keterangan saja, namun tetap saja ditolak dan harus PCR,” ujarnya.
Belum lagi, ada penumpang lainnya yang ingin bawa bawi ke Batam. “Dia ini orang Batam yang nikah dengan pria Singapura. Setelah melahirkan, orang tuanya di Batam ingin melihat anaknya. Tapi, karena bayinya juga harus tes PCR, maka ia pun batal pergi,” tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid. “Ada beberapa pengusaha anggota Apindo yang balik dari Singapura lapor kalau sebelum naik kapal, penumpang diwajibkan PCR dengan harga Rp 1 juta Rupiah dan berlakunya dua hari,” katanya.
Setelah sampai di Batam, malah diminta melakukan PCR lagi. “Padahal sudah PCR beberapa jam sebelumnya di Singapura. “Untuk ke Singapura, cukup antigen satu kali saja, mengapa pas ke Batam harus PCR dua kali. Bagaimana pariwisata bisa bangkit kalau praktiknya begini,” tegasnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno berjanji akan memperjuangkan peniadaan PCR di pemerintahan pusat. Seluruh masukan dari para pelaku usaha akan ia tampung dan dibawa untuk dibahas di Jakarta. “Kita terus memperjuangkan itu,” katanya.
Menurut Sandi, Kepri, khususnya Batam ini memiliki aksesibilitas yang mumpuni, lapangan golf yang tiada duanya dan sejumlah destinasi wisata kelas internasional. Sehingga tentu saja, memberikan insentif dan mendukung pariwisata di Kepri akan memudahkan pekerjaan pemerintah pusat, dalam meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia.
“Batam ini nomor dua setelah Bali paling banyak dikunjungi. Segala masukan akan ditampung,” katanya lagi (leo).