ONG Sam Leong (1857-1918) adalah sosok pengusaha Tionghoa yang dikenang sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah bisnis di negeri Jiran itu.
Oleh: Bintoro Suryo
IA lahir dalam keadaan sederhana. Ong hanya mendapatkan pendidikan formal yang terbatas, namun semangat dan ketekunan, membawanya meraih kesuksesan yang luar biasa.
Pengusaha Berpengaruh dari Singapura
KARIER bisnis Ong dimulai saat ia menjadi agen komisi pada usia 21 tahun. Ketertarikan Ong terhadap industri kayu membawanya ke Pahang dan Kemaman di Terengganu, Semenanjung Malaya. Dalam buku : ‘One hundred years history of the Chinese in Singapore (1967)’, puncak karier Ong disebutkan terjadi pada tahun 1899 ketika ia menandatangani kontrak dengan Christmas Island Phosphate Company Limited untuk menyediakan tenaga kerja ke Pulau Natal, sebuah pulau yang terletak 400 km di selatan Jawa.

Perusahaannya, Ong Sam Leong and Company, berhasil menguasai kontrak ini, memanfaatkan “rumah kuli” di Pagoda Street, Singapura, untuk merekrut pekerja, sebagian besar dari Guangdong dan Guangxi, Tiongkok. Selain itu, Ong juga memiliki toko kelontong di Pulau Natal, yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi para pekerja tambang.
Usahanya tidak berhenti di situ; sebelumnya, ia juga disebutkan telah memiliki pabrik batu bata di Batam dengan nama ‘Batam Brickwork’ dan sejumlah saham di pabrik gergaji di Singapura.

Ketika Ong meninggal pada tahun 1918, ia meninggalkan warisan yang meliputi berbagai properti dan perkebunan karet. Dua putranya, Boon Tat dan Peng Hock, melanjutkan jejak kesuksesan ayah mereka dengan mendirikan taman hiburan New World di Jalan Besar pada tahun 1923, yang menjadi salah satu destinasi hiburan terbesar di Singapura.
Jurnalis Straits Times Singapura, Lee Hwee Hoon melaporkan pada tahun 2006 silam, makam sang pengusaha sukses yang sempat terlantar bertahun-tahun, akhirnya ditemukan oleh seorang kepala sekolah di negeri singa itu, Tan Bee Luan.

Tan yang juga merupakan pensiunan dari kantor arsip nasional Singapura, saat itu menyebut makam Ong Sam Leong yang terletak di Bukit Brown Cemetery, merupakan yang terbesar di sana. Luasnya sekitar 600 meter persegi dan dihiasi dengan ornamen khas Tionghoa, termasuk patung singa dan kuil dewa bumi. Makamnya ditemukan dalam keadaan terlantar. Setelah dibersihkan, makam tersebut didokumentasikan oleh Arsip Nasional Singapura. Yang menarik, makam sang pengusaha tersusun dari batu bata bermerk ‘Batam’.

Untuk menghormati Ong, sebuah jalan di Singapura dinamakan Sam Leong Road, yang terletak di antara Jalan Besar dan Verdun Road. Jalan ini sebelumnya dikenal sebagai Paya Road sebelum diubah namanya oleh Komisaris Munisipal pada tahun 1928.
Batam Brickwork di pulau Batam
MAKAM Ong Sam Leong di Bukit Brown, dibangun menggunakan batu bata dengan merk “Batam” yang tercetak di atasnya. Informasi yang umum adalah Ong Sam Leong pernah menjadi pemilik Batam Brick Works.
Ketika membaca dari sumber yang berbeda, terutama pada artikel yang terbit setelah tahun 2009, ada klaim bahwa Ong Sam Leong bukan pemilik, melainkan mitra bisnis Batam Brick Work selama periode singkat (1898-1901). Pemilik Batam Brick Company, Pulau Batam, dan Singapura disebutkan adalah Raja Ali Kelana, seorang bangsawan dari kesultanan Riouw Lingga yang memegang hak konsesi lahan di pulau Batam pada masanya. Raja Ali disebutkan merupakan pemilik tunggal sampai akhirnya dibeli oleh Sam Bee Brick Works pada tahun 1910.
Sementara dalam sebuah catatan lain, Raja Ali Kelana disebut mengembalikan modal Ong Sam Leong di awal-awal tahun perintisan mereka berdua, sehingga modal dan kepemilikan pabrik batu bata menjadi miliknya sendiri.
Melalui orang kepercayaannya, ia kemudian terus mempublikasi perihal kepemilikan tersebut hingga beberapa tahun kemudian di sejumlah surat kabar yang terbit di Singapura. Seperti yang dilakukan oleh orang bernama Raja Mohammed Akib yang mempromosikan ‘pengambil alihan’ perusahaan itu oleh Raja Ali Kelana dalam kolom iklan The Singapore Free Press and Merchantile Advertiser.
Berdasarkan dokumen ‘Twentieth Century Impressions of British Malaya‘ yang diterbitkan oleh Lloyd Greater Britain Publishing Company Ltd pada 1908, pabrik batu bata ‘Batam Brickworks’ tercatat telah lama beroperasi di Batam, sebelum Raja Ali Kelana masuk dalam kepemilikan pada sekitar tahun 1896. Pada saat diambil alih oleh Raja Ali Kelana dari kemitraan bersama Ong Sam Leong di awal abad 20, ‘Batam Brickworks’ di Batam sebenarnya telah mampu memproduksi hingga 30.000 ribu batu bata dalam sehari.

Dalam buku ‘Islamic Modernism in Malaya (Ibrahim bin Abu Bakar, 1994), setelah mengakuisisi kepemilikan sendiri, Raja Ali Kelana kemudian menyerahkan pengelolaan bisnis Batam Brickwork kepada orang kepercayaannya, Syed Sheikh Alhady dan seorang Tionghoa bermarga Tan untuk menjalankan bisnis batu batanya di Singapura. Mereka juga menggandeng seorang Eropa untuk menjadi pengelola. Sementara Raja Ali Kelana yang bermodal konsesi lahan pada awal keterlibatan di ‘Batam Brickworks’, tetap bertempat tinggal di pulau Penyengat.
“…according to Syed Sheikh Alhady and Tan, Raja Ali Kelana owned the Batam Brickwork, but did not manage them himself since he was living in pulau Penyengat. The Business was first managed by a European. However, after the European left the post, it was given to Al Hadi. The head office for the Business was in prince Street, Singapore. Al Hady became a manager and stayed in Singapore …” (Ibrahim bin Abu Bakar, 1994)
Namun, dari tahun 1912-1921, Ong Sam Leong & Co. tampaknya telah mengambil alih kendali Batam Brick lagi.

Suplai produksi batu bata di ‘Batam Brickworks’ kala itu, terutama untuk memenuhi kebutuhan di Singapura, pada departemen kereta api serta menangani suplai permintaan batu bata untuk negeri-negeri Melayu di semenanjung Malaya. Dengan masuknya Raja Ali Kelana dan klaim kepemilikannya sendiri sejak awal abad 20, produksi batu bata di Batam, telah ditingkatkan menjadi dua kali lipat.

Paska penambahan mesin produksi, pengelola ‘Batam Brickworks’ mulai mempromosikan produk mereka untuk pemasaran yang lebih luas lagi. Iklan pertama untuk penjualan batu bata dari pabrik batu bata ‘Batam Brickwork’ muncul pada tahun 1900, dan kantor mereka di Singapura terletak di 135 Prinsep Street. Agen yang menangani penjualan bernama Syed Sheikh Alhady.

Pada tahun berikutnya, iklan yang diterbitkan di surat kabar Singapura memberikan wawasan lebih lanjut tentang Batam brick works. Pada tahun 1901, pengelola usaha itu memenangkan medali perunggu di Penang Agriculture Show (untuk kualitas batu bata). Pada tahun 1904, pengelola Batam Brickwork juga mendapat penghargaan lain, yakni medali perunggu Hanoi.
Pemberitaan awal tidak menyebutkan pemilik, tetapi lebih menyoroti kualitas batu bata yang meningkat, yang memenangkan dua penghargaan penting untuk kualitasnya.
Sementara pada artikel tahun 1909 yang berjudul “Sebuah Cerita yang Rumit dari Pulo Batam“, sebuah gugatan yang dibatalkan oleh Messrs. Been, Meyer dan Co. Limited melawan Raja Ali, pemilik Batam Brick Works, memberikan wawasan baru tentang kepemilikan awal perusahaan itu dan kemungkinan petunjuk bahwa bisnis tersebut sedang menghadapi masalah arus kas pada tahun tersebut.

Pada tahun 1909, harga batu bata adalah $160 per 10.000 batu bata. Pada tahun 1910, ada iklan yang menyoroti perubahan kepemilikan Batam Brick Works, yang diambil alih oleh Sam Bee Brick Works dan ditandatangani oleh Teo Hoo Lye.

Pada tahun 1910, setahun menjelang dibubarkannya kesultanan Riouw Lingga dengan pemecatan Sultan Abdurrahman II oleh Pemerintah Kolonial Belanda, kepemilikan Batam Brickworks dipindahkan ke Sam Bee Brick Works. Dalam catatan Rojak Librarian, Raja Ali Kelana sebagai pemilik pabrik batu bata tersebut, menghadapi tekanan politik dari pemerintah Belanda yang melabelinya sebagai pemberontak potensial. Ia memutuskan untuk menjual bisnisnya dan pindah ke Johor.

Pada tahun 1912, ada iklan lain yang menyoroti bahwa Batam Brick yang terkenal itu, telah berubah kepemilikan lagi. Yang menarik, kali ini di bawah pengawasan Eropa dengan agen penjualan Messrs. Boustead & Co. dan Ong Sam Leong (41 Robinson Road), mitra usahanya di awal masa perintisan Batam Brickworks.

Terhitung pada tahun itu juga, bisnis Batam Brickworks kembali dipegang oleh Ong Sam Leong secara penuh. Produk batu batanya makin terdistribusi ke banyak wilayah di nusantara. Namun, pada tahun 1921, Batam Brick Work kemudian dijual oleh Ong Sam Leong & Co setelah kematian sang pemilik, Ong Sam Leong pada tahun 1918.
(*)
Penulis/ Videografer: Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography.
Artikel ini diterbitkan sebelumnya di: bintorosuryo.com