PASANGAN suami istri (pasutri) pengelola penampungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal di Ruko Orchard Park, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) ditangkap jajaran Satreskrim Polresta Barelang.
Dari penampungan PMI ilegal itu, polisi berhasil mengamankan 19 orang perempuan. Belasan perempuan tersebut rencananya akan dipekerjakan ke negeri tetangga Singapura.
Kasat Reskrim Polresta Barelang, Kompol Budi Hartono, mengatakan pengungkapan kasus penampungan PMI ilegal di Ruko Orchard Park, Batam tersebut berlangsung pada Rabu (25/10/2023) lalu.
“Dalam pengungkapan pada Rabu (25/10) itu pengurus yang merupakan pasangan suami istri yakni MT (59) dan YM (36) kami amankan,” kata Budi, Sabtu (28/10/2023).
Menurut Budi pasangan suami istri itu melakukan penampungan dan penempatan PMI ilegal tanpa dilengkapi dokumen resmi. Para pelaku diketahui berkomunikasi langsung dengan agensi di Singapura.
“Setelah kita cek penampungan tersebut tak dilengkapi dokumen resmi. Para calon PMI ilegal yang semuanya berjenis kelamin perempuan ini akan dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga di Malaysia,” ujarnya.
Ke 19 perempuan calon PMI ilegal itu berasal dari berbagai daerah. Yaitu NTB, NTT, Jatim, Sulawesi Utara, Jakarta, Aceh, Jawa Tengah, dan Jabar. Mereka diketahui ditampung oleh sebuah perusahaan yang dipimpin oleh pasangan suami istri tersebut.
“Jadi dengan perusahaan yang dipimpin kedua pelaku itu melakukan perekrutan belasan PMI itu dari daerah asal. Kemudian di Batam ditampung baru diberangkatkan ke Singapura melalui pelabuhan internasional Batam,” ujarnya.
Masih kata Budi, para PMI ilegal itu setelah bekerja diwajibkan mencicil biaya yang telah dikeluarkan para pelaku. Uang yang diserahkan itu bervariasi mulai dari 500-700 dolar Singapura.
“Kalau yang sudah pernah kerja atau direkrut diwajibkan membayar 700 dolar Singapura. Untuk baru pertama kali 500 dolar Singapura. Jika dirupiahkan sekitar Rp 5-7 juta lebih. Itu dipotong para pelaku selama 4 bulan,” ujarnya.
Kedua pasangan suami istri itu kini telah ditahan dan ditetapkan tersangka oleh polisi. Pada pengungkapan itu polisi juga menyita belasan paspor korban, dua handphone pelaku dan ATM untuk transaksi kedua pelaku.
Atas perbuatannya kedua pelaku pasangan suami istri itu dijerat pasal perlindungan pekerja migran. Keduanya terancam pidana 5 tahun penjara dan denda Rp 15 miliar.
(ade)


