MOMEN perayaan tahun baru Imlek sangat identik dengan meningkatnya harga pasaran ikan dingkis. Di momen ini, setiap tahun nelayan di Kota Batam akan mengumpulkan lebih banyak ikan jenis ini.
“Ikan dingkis perairan Batam diminati warga Singapura,” kata Kepala Dinas Perikanan Kota Batam Yudi Admajiyanto, seperti dikutip dari Tempo, Kamis (30/01/2025).
Menurut Yudi, ikan dingkis yang menjadi bahan makanan utama masyarakat Tionghoa di pesisir Selat Malaka
Yudi Admajiyanto menjelaskan, ikan yang akan diekspor ke Singapura harus ditangkap secara tradisional karena tidak boleh cacat dan harus memiliki warna sesuai yang diinginkan.
Ikan dingkis adalah sebutan orang-orang Kepulauan Riau untuk ikan baronang. Ikan ini sering menjadi incaran saat Imlek.
Dalam bahasa Mandarin disebut yu atau yoo yang jika diucapkan terdengar mirip dengan kata keberuntungan. Warga Tionghoa khususnya di kawasan Batam dan Singapura menjadikan ikan dingkis bertelur sebagai hidangan khas Imlek.
Menjelang perayaan Imlek 2025 harga pasaran ikan dingkis melonjak dari biasanya Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per-kilogram. Bahkan, ikan yang berisi telur dan ukurannya lebih besar bisa dihargai hingga Rp300 ribu per-kilogram.
Tingginya permintaan ini tidak lepas dari tradisi warga keturunan Cina yang menyajikan ikan dingkis dengan cara dimasak kukus maupun panggang.
Pada perayaan Imlek, permintaan ikan dingkis dari Batam dan Singapura sangat tinggi, maka para pengepul ikan segera mencari hasil tangkapan para nelayan.
Ikan dingkis memiliki nilai ekonomi yang signifikan bagi nelayan lokal. Perayaan Imlek sekali dalam setahun menjadi kesempatan bagi para nelayan untuk mencari lebih banyak ikan dingkis.
Dalam satu hari, nelayan bisa mengumpulkan belasan hingga puluhan kilogram ikan dingkis. (*)