ROMBONGAN pengurus Gerakan Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Batam menyambangi Pulau Anak Karas di Kelurahan Karas, Kecamatan Galang, Batam pada Sabtu (20/6). Kunjungan ini merupakan agenda survei lokasi konservasi penyu di Batam yang rencananya akan dibina oleh Pramuka Kwarcab Batam.
Ketua Gerakan Pramuka Kwarcab Kota Batam, Amsakar Achmad menuturkan, pihaknya ingin konservasi penyu di Pulau Anak Karas ini berjalan maksimal. Kelestarian lingkungan, termasuk di dalamnya konservasi ini menjadi perhatian utama Gerakan Pramuka Kota Batam.
Pada prosesnya, Pramuka Kota Batam nantinya juga akan menggandeng pihak lain untuk mendukung program konservasi penyu di pulau ini.
“Kita ingin konservasi Penyu di Pulau Anak Karas ini berjalan baik. Kalau bisa semua telur penyu di sini bisa menetaskan Tukik. Sesuai kebutuhan, kita dorong CSR untuk mendukung, pengadaan Kerangkeng agar telur penyu yang sudah ada bisa terjaga dari pemangsa,” kata Amsakar di Pulau Anak Karas.
Untuk diketahui, saat ini sudah ada 3 induk penyu yang bertelur di pulau yang tak berpenghuni ini. Dari tiga induk penyu ini diperkirakan ada sekitar 300 hingga 500 butir telur penyu.
Jumlah induk penyu yang akan bertelur di lokasi ini diyakini akan terus bertambah memgingat musim bertelur penyu di pulau ini akan berlangsung dari bulan April hingga bulan September setiap tahunnya.
Sementara itu Ketua Harian Gerakan Pramuka Kwarcab Kota Batam, Jefridin menjelaskan, kedepan Pulau Anak Karas ini akan menjadi salah satu lokasi kegiatan Pramuka Kota Batam. Utamanya yang berkaitan dengan kegiatan berbasis lingkungan.
Kegiatan-kegiatan ini, diharapkan bisa menjadi bekal untuk anggota Pramuka Kota Batam, untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem alam.
Busri, warga Pulau Karas yang mengurusi dan menjaga telur-telur penyu ini mengaku senang atas dukungan yang diberikan Pramuka Kota Batam. Ia berharap dukungan tersebut segera terealisasi, sebab saat ini Kerangkeng untuk menjaga telur-telur penyu yang ia buat sudah habis terpakai. Jika nantinya ada induk penyu yang kembali bertelur maka akan sangat rentan dimangsa oleh binatang.
“Sudah habis semua, saya buat tiga Kerangkeng. Daripada tidak ada, saya buat dengan apa yang ada, dari jaring dan papan,” kata Busri.
Tahun 2019 lalu, ada 13 induk penyu yang bertelur di pulau ini. Dari 13 sarang tersebut, hanya 7 yang berhasil menetaskan 1.072 ekor Tukik (anak penyu). Sisanya tidak berhasil menetas karena telur-telur ini dimangsa binatang.
*(Bob/GoWestId)