EPIDEMIOLOG Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut, sekolah belum bisa menyelenggarakan pembelajaran tatap muka secara 100 persen tahun depan. PTM mesti dilakukan secara terbatas.
“Pada ajaran tahun depan ini tampaknya belum memungkinkan (PTM) kalau harus 100 persen, karena terlalu riskan atau terlalu berisiko,” kata Dicky dikutip dari Media Indonesia, Sabtu, 25 Desember 2021.
Menurut dia, PTM bisa dilakukan dengan separuh ruang kelas. Pembelajaran model tersebut juga harus dibagi menjadi dua sesi.
Dicky menyebut cara itu bisa dilakukan pemerintah untuk memprioritaskan PTM terbatas, disertai mitigasi yang ketat. Dia mengatakan skema pembelajaran tersebut butuh dukungan semua pihak, karena menyangkut pendidikan dan kualitas gerenasi penerus bangsa.
“Kecuali terjadi satu situasi yang sangat buruk sekolah pun menjadi yang paling terakhir ditutup itu prinsip yang yang tidak atau belum berubah hingga saat ini. Termasuk ketika situasi membaik sekolah yang pertama dibuka,” ujar Dicky.
Di sisi lain, dia ingin ada evaluasi temuan klaster covid-19 di sekolah. Sebab, ada informasi yang kurang lengkap terkait hal itu. Terutama, terkait banyaknya anak yang terinfeksi covid-19 di lingkungan luar sekolah.
“Ini yang harus dipahami oleh pemerintah daerah dan itulah sebabnya bukan berarti klaster ini berarti bahwa sekolah nggak aman karena sekolah dibuka, tapi karena ada aktivitas di luar sekolah yang belum terkendali,” kata dia.
(*)
Sumber : medcom