- Luas : 80 km² (80.000 ha.)
- Letak : 7 km di sebelah tenggara pulau Batam
- Tata Pemerintahan : masuk wilayah kota Batam
- Jumlah penduduk : 7512 jiwa (data BPS 2021)
PULAU Galang yang merupakan lokasi historis kamp para pengungsi asal negara Vietnam, merupakan satu dari ratusan pulau yang berada di wilayah Kota Batam. Pulau itu terletak di sebelah selatan pulau utama.
Pulau Galang merupakan rangkaian pulau besar ketiga yang dihubungkan oleh enam buah jembatan Barelang. Pulau ini terkenal karena adanya tempat pengungsian Vietnam dan sempat dijadikan tempat penampungan secara besar-besaran pada tahun 1979–1996.
Kamp Pengungsi di Galang tersebut, kini menjadi objek wisata dan sejarah kota Batam, karena jaraknya yang relatif dekat dengan pulau Batam (sekitar 7 km).
Masa Lalu Pulau Galang
Pulau kecil ini, letaknya persis di depan Tanjung Pengapit. Pada abad ke 16, masuk dalam pemerintahan Sultan Malaka. Sebuah cerita menyebut, Sultan bermaksud untuk membuat lancang. Lancang adalah bahtera raja. Sampailah kemudian pasukan ke sebuah pulau yang kemudian hari dikenal sebagai Pulau Galang.
Di pulau tersebut banyak pohon seraya, yang memang bagus untuk membuat kapal. Saat membuat kapal, datang seorang penduduk setempat yang bernama “Canang” . Namun para pembuat kapal tersebut mengusir “Canang”, agar jangan mengganggu. “Canang” kemudian bersumpah, “lancang tersebut tidak akan turun ke laut”, namun pasukan raja Melaka tidak peduli.
“Ternyata lancang tersebut benar-benar tidak bisa turun ke laut. Agar dapat turun ke laut, perlu landasan 7 orang wanita yang sedang hamil anak pertama. 7 orang wanita yang sedang hamil anak pertama itulah kemudian yang menjadi landasan turunnya “lancang” ke laut. Maka selanjutnya, pulau itu disebut dengan Galangan. Galangan dalam arti landasan yaitu manusia dijadikan galang. Dalam perkembangannya penyebutan pulau itu menjadi Pulau Galang saja (sumber :kebudayaan kemendikbud.go.id)”
Pulau Galang dan sekitarnya berdasarkan cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat setempat, kemudian menjadi pusat konsentrasi para lanun atau bajak laut yang memiliki kekuatan “luar biasa”. Mereka hanya bisa dikalahkan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung.
Para lanun tersebut diketuai oleh 7 orang panglima yang terlahir dari 7 orang wanita hamil anak pertama. Ke-7 orang wanita hamil anak pertama itulah yang menjadi landasan turunnya “lancang” ke laut. Karena rasa “dendam” akibat dijadikannya ibu mereka sebagai landasan “lancang”, sifat mereka menjadi pemberani dan tidak pernah putus asa. Seperti yang dikisahkan oleh Bp. Salim (60 tahun) berikut ini (sumber : kebudayaan.kemendikbud.go.id) :
Kemudian tujuh wanita tersebut melahirkan anak laki-laki yang kemudian menjadi 7 panglima galang. Mereka juga memiliki “rasa dendam” karena ibunya menjadi landasan kapal. Mereka kemudian menjadi lanun, apa pun kapalnya selalu dibajak. Pemimpinnya bernama “Canang”. Dikisahkan “Canang” memiliki kelebihan yang luar biasa. Kekalahan orang galang tersebut kemudian ditangan raja kecil. “Canang” akhirnya dimakamkan di Pulau Karas. Ketujuh panglima tersebut masing-masing menguasai pulau-pulau di sekitar Galang berikut : Pulau abang, Pulau Sembur, Pulau Cate, Pulau Tokok, Pulau Selat Nenek, Pulau Pecung dan Pulau Panjang.
Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang seperti tersebut di atas, ketujuh panglima Galang yang menjadi “koordinator” lanun di sekitar Pulau Galang tersebar di Pulau Abang, Pulau Sembur, Pulau Cate, Pulau Tokok, Pulau Selat Nenek, Pulau Pecung dan Pulau Panjang.
Cerita rakyat yang berkembang seperti dalam uraian di atas, ternyata juga tertulis dalam beberapa sumber sejarah tertulis bahwa di perairan Pulau Galang pernah terjadi penyerangan lanun.