KONSORSIUM PT Bandara Internasional Batam (BIB) sebagai pengelola bandara internasional Hang Nadim Batam, mulai membangun terminal II penumpang dengan kapasitas hampir 10 juta orang.
Proses pembangunan terminal ini berjalan cukup panjang, terutama pembahasan panjang soal desain terminal II. Pada akhirnya, semula berbentuk 1.000 kuncup akhirnya mengunakan desain ikan marlin hingga elang. Namun, akhirnya proses pembangunan diresmikan dibangun Kamis pagi, 30 Mei 2024 lalu.
Pada acara ground breaking pembangunan terminal II yang bertempat di samping area kargo lama Bandara Internasional Hang Nadim Batam beberapa hari kemarin, sempat ditunjukkan video animasi rancangan pembangunan terminal kepada para tamu undangan. Pembangunan terminal II ini menggunakan konsultan dari Korea.
Monumen Bundaran Marlin dan Desain Berubah
Dalam video yang ditunjukan tersebut, terlihat jelas rancangan pembangunan bandara satu-satunya di Kota Batam ini. Pada bagian gerbang masuk pengunjung bandara akan disuguhkan dengan monumen bundaran marlin yang didesain ukiran ikan marlin berwana emas.
“Pembangunan terminal II ini memadukan budaya lokal dan desain modern, tersedia alun-alun tempat orang berkumpul,” begitu bunyi narasi video tersebut dalam bahasa Korea.
Tidak hanya itu, jalan di sepanjang depan terminal II akan dibangun atap bermotif elang transparan. Pada sisi kiri dan kanan jalan dihiasi perpohonan rindang. Desain terminal diklaim bisa memberi kenyamanan kepada penumpang nantinya.
“Bandara Internasional Hang Nadim Batam dirancang dengan mempertimbangkan keindahan alam Batam, dengan simbol Batam yaitu elang dan ikan marlin, memiliki atap yang ramping dan desain sayap berpola marlin menambah keindahan yang unik,” dalam penjelasan video tersebut.
Pikri Ilham Kurniansyah, Direktur PT Bandara Internasional Batam (BIB) sebagai pengelola Bandara Internasional Hang Nadim Batam mengatakan, desain awal terminal II memang seribu kuncup, namun setelah dievaluasi nilai perawatan desain 1.000 kuncup sangat mahal. “Kemungkinan bocor juga besar, satu kubah masjid saja bocor sulit, apalagi ini 1.000,” kata Pikri.
Jadi, kata Pikri, kearifan lokal seperti ikan marlin dan elang digunakan sebagai desain utama terimal II tersebut. “Burung elang jadi lambang daerah disini, kemudian ikan marlin jadi budaya disini, kemudian bati gongong juga,” kata Pikri. “Kami berharap kedepan walaupun bertaraf internasional, kearifan lokalnya tetap ada,” tambahnya.
Pembangunan terminal II Bandara Internasional Hang Nadim Batam dirancang menggunakan biaya sebesar Rp2,4 triliun dengan konsep green energy.
(ham/dha)