ELEKTABILITAS Basuki Tjahja Purnama atau Ahok masih lebih tinggi dibandingkan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Hasil sigi lembaga Poltracking Indonesia memperlihatkan Ahok dapat kalah oleh Risma ketika disandingkan dengan calon wakilnya.
Survei Poltracking bertajuk menakar kandidat kuat Gubernur DKI Jakarta 2017 mewawancarai 400 responden yang memiliki hak pilih di Jakarta selama 6-9 September 2016.
Menurut Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha, elektabilitas Ahok menunjukkan angka 40,77 persen. Sementara Risma elektabilitasnya hanya 13,85 persen. Angka elektabilitas ini berdasarkan 20 kandidat gubernur.
“Perolehan suara Risma cukup mengejutkan mengingat dia belum menyatakan maju pada Pilkada DKI Jakarta,” kata Hanta dikutip Kompas.com.
Secara individu, elektabilitas Ahok sebagai calon gubernur masih tetap unggul meski dengan berbagai simulasi. Bagaimana ketika Ahok berpasangan dengan calon wakilnya?
Dalam survei itu, Poltracking membuat simulasi pasangan calon kepala daerah yang akan maju pada Pilkada DKI. Simulasi pertama diasumsikan PDI Perjuangan mendukung Ahok dan menyandingkannya dengan Djarot Syaiful Hidayat.
Ahok-Djarot bisa mengungguli Sandiaga Uno-Saefullah dan Yusril Ihza Mahendra-Yoyok Riyo Sudibyo. Ahok-Djarot masih tak terbendung melawan Anies Baswedan-Yoyok Riyo Sudibyo serta Sandiaga-Saefullah.
Secara head to head, Ahok-Djarot masih mengungguli Yusril Ihza Mahendra-Sandiaga Uno. Ahok-Djarot elektabilitasnya 44,62, Yusril-Sandiaga 28,46 persen dan tidak menjawab 26,92 persen.
Ahok-Djarot tetap unggul ketika disimulasikan melawan Sandiaga-Saefullah. Elektabilitas Ahok-Djarot mencapai 41,54 persen, sedangkan Sandiaga-Saefullah 27,18 persen dan sisanya 31,28 persen tidak menjawab.
Simulasi selanjutnya adalah Ahok-Djarot melawan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Ahok-Djarot menang tipis 37,95 persen dibandingkan Anies-Sandiaga 36,38 persen dan sisanya 25,67 persen tidak menjawab.
Peluang Ahok menang bisa saja sirna kalau PDI Perjuangan mengusung Risma dalam pilkada 2017. Dengan begitu, simulasi kedua adalah Ahok berpasangan dengan Heru Budi Hartono.
Ahok-Heru kalah ketika Risma berpasangan dengan Sandiaga atau Anies. Elektabilitas Ahok-Heru mencapai 36,92 persen, kalah dari Risma-Sandiaga 38,21 persen.
Ahok-Heru tetap kalah ketika Risma disimulasikan berpasangan dengan Anies. Ahok-Heru elektabilitasnya 35,64 persen, kalah dibandingkan Risma-Anies 37,95 persen.
Dengan simulasi pasangan itu, posisi petahana dalam hal ini sangat rentan. Temuan dalam survei Poltracking menandakan bahwa petahana masih berpeluang untuk dikalahkan.
Peluang Ahok menelan kekalahan juga pernah dilansir Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik (KedaiKOPI). Lembaga menggelar survei pada 2-5 September 2016 terhadap 400 responden di Jakarta. Hasilnya, 82,8 persen responden yakin calon alternatif bisa memenangi Pilkada DKI, mengalahkan petahana.
Survei itu memperlihatkan, Tri Rismaharini menduduki peringkat pertama yang mampu mengalahkan Ahok. Dalam survei itu, Risma mendapat 56,5 persen. Sedangkan posisi berikutnya adalah Rizal Ramli (15,5 persen), Sandiaga Uno (8,3 persen) dan Budi Waseso (2 persen).
Hingga sekarang, PDI Perjuangan belum menentukan sikapnya meski muncul desakan agar menunjuk Risma sebagai calon gubernur DKI. Bagaimana kalau PDIP menunjuk Risma pada menit-menit terakhir?
“Lho jawabanya bersedia atau tidak tergantung nanti. Aku jawabanya juga last minute ya, jadi gak sekarang jawabnya, jawabnya last minute,” ujar Risma melalui Detikcom. ***