SEKTOR galangan kapal atau shipyard di Batam berpeluang menjadi pilot project pertama untuk pembuatan kapal hybrid pertama di Indonesia. Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas sudah meminta shipyard di Batam untuk mencari cara untuk konversi seluruh kapal mereka menjadi kapal hybrid.
“Karena Indonesia ikut kebijakan zero emission, kapal-kapal SKK Migas yang bertenaga diesel harus dikonversi menjadi kapal hybrid bertenaga gas dan listrik,” kata Ketua Harian Batam Shipyard Offshore Association (BSOA), Novi Hasni, Senin (16/1).
BSOA sekarang tengah memverifikasi anggotanya yang sanggup untuk mengerjakan proyek tersebut. “Kapal hybrid ini belum ada dibuat di Indonesia. Jadi, dari SKK Migas minta kerja sama kapal mana yang bisa jadi prototype untuk kapal hybrid, apakah listrik atau gas. Jadi kami diminta untuk merancangnya,” ucapnya.
Di luar negeri, kapal-kapal yang mengarungi lautan banyak yang sudah banyak menggunakan energi ramah lingkungan. “Kapal tugboat di lautan internasional sudah pakai listrik dan gas. Di Indonesia ini yang belum, padahal kita sudah diminta komitmen untuk zero emission,” paparnya.
Novi menyebut dari sekitar 60 anggota BSOA, sudah ada yang membuat kapal bertenaga gas. “Ini memang banyak pertimbangaannya, karena masih butuh waktu lama. Tapi SKK Migas berupaya mendorong hal tersebut,” paparnya.
Kapal-kapal milik SKK Migas sendiri berfungsi sebagai pendukung kegiatan Pertamina.
Sebagai informasi, kapal berteknologi hybrid system vessel adalah kapal yang berjalan dengan 2 sumber tenaga, yakni mesin yang menggunakan bahan bakar BBM dan motor listrik yang bekerja dengan sumber tenaga listrik (leo).